Wajib Militer untuk Siswa Nakal: Kebijakan Dedi Mulyadi di Jawa Barat Picu Reaksi Beragam
Bandung, Nawacita – Masyarakat hari ini tengah ramai membicarakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Kebijakan tersebut berupa wajib militer untuk para siswa nakal di Jawa Barat yang akan mulai diterapkan pada 2 Mei 2025 mendatang. Sontak kebijakan tersebut menuai banyak pro dan kontra di berbagai kalangan masyarakat Jawa Barat khususnya para siswa dan orang tua.
Kebijakan ini dikeluarkan Dedi Mulyadi sebagai langkah untuk menangani maraknya kenakalan remaja, geng motor, ataupun keterlibatan remaja dalam tindak kriminal di Jawa Barat. Nantinya, para siswa yang dianggap nakal dan bandel akan terpilih untuk mengikuti wajib militer. Hal itu dilakukan setelah ada kesepakatan antara pemerintah daerah, orang tua siswa serta pihak sekolah. Siiswa yang terpilih nantinya akan langsung dijemput oleh pihak TNI untuk dibina di barak militer selama minimal enam bulan dan paling lama satu tahun.
Adanya kebijakan yang dianggap nyeleneh dan baru pertama kali di Jawa Barat ini sontak menuai banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya para siswa sekolah dan para orang tua siswa. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Farel (17) seorang siswa SMAN 15 Kota Bandung yang tidak setuju dengan kebijakan wajib militer tersebut.

Farel mengungkapkan, wajib militer dianggap terlalu berlebihan untuk membina para siswa nakal atau bandel di Jawa Barat. Menurut Farel, masih banyak alternatif dan cara lainnya yang lebih efektif untuk membina para siswa yang dianggap nakal. Terlebih, Farel menilai waktu yang diterapkan untuk wajib militer juga terlalu lama dan belum tentu semua orang tua akan setuju dengan adanya kebijakan ini.
“Kalau saya sih kurang setuju ya, karena kalau menurut saya sih berlebihan ya. Karena nggak semua orang tua setuju juga gitu. Harus ada perjalanan dari orang tua dan apalagi kurang setujunya juga kalau enam bulan gitu kayak terlalu lama,” ungkap Farel saat diwawancarai, Selasa (29/4/2025).
“Bisa lebih dibimbing dengan cara lain, gak harus langsung kayak ke barak. Masih bisa dibimbing dengan cara lain kayak misalnya ditegur, kalau masih kurang ini bisa dikasih sanksi apa gitu yang bikin anaknya, biar ga gitu lagi,” sambung dia.
Selain itu, kritik juga datang dari Cecep, salah seorang warga Kota Bandung sekaligus orang tua siswa di salah satu sekolah menengah atas di Kota Bandung. Cecep menilai, kebijakan wajib militer perlu dikaji lebih mendalam dan tidak boleh terburu-buru untuk diterapkan. Menurutnya, kebijakan itu menjadikan unsur-unsur pembinaan lainnya seperti Guru BP, wali kelas, orang tua serta unsur pembinaan lainnya terkesan gagal dalam mendidik para siswa.
“Saya juga sebetulnya kalau memang harus diterapkan secara menyeluruh juga. Jadi kayaknya efektivitas bagi pembinaan di tingkat-tingkat atau dinas-dinas atau dari pembinaan orang tua sendiri, jadi dianggap tidak sukses atau memang tidak berhasil, jadi image itu yang terbentuk,” kata Cecep.
Sebab, menurut Cecep, pendidikan sipil yang diterapkan di sekolah sangat berbeda dengan pembinaan yang diterapkan di militer. Hal itu juga harus menjadi pertimbangan terkait efektivitas dari wajib militer yang akan diberlakukan.
“Kalau dengan cara seperti begitu, berarti kan cara-cara lain yang sebelumnya, efektivitas yang sebelumnya seperti badan pembinaan sekolah ataupun badan-badan lainnya, itu dianggap tidak efektif, seolah-olah hilang, gitu,” tambah dia.
“Karena memang kalau sudah di militer kan dengan berbagai disiplin dan karakter yang berbeda, itu dengan pendidikan-pendidikan atau dengan apa pembinaan-pembinaan yang sebelumnya kan. Karena maaf ya kalau di militer itu kalau putih-putih kalau merah-merah kalau hijau-hijau. Kalau pemimpin di masyarakat secara sosial nggak bisa begitu,” tandas dia.
Meski demikian, kebijakan wajib militer Dedi Mulyadi ini juga mendapat respon positif dari sebagian siswa dan masyarakat. Salah satunya adalah Novin, seorang siswa SMAN 15 Kota Bandung yang mendukung program wajib militer. Menurut Novin, wajib militer menjadi salah satu cara yang efektif untuk membina para siswa nakal di Jawa Barat. Hal itu dikarenakan pembinaan orang tua maupun sekolah / seringkali tidak efektif kepada siswa nakal ataupun bandel.
Baca Juga: Wajib Militer untuk Anak Sekolah Nakal di Jabar Dilaksanakan selama 6 Bulan hingga 1 Tahun
“Kalau menurut saya sih itu bagus ya ya, karena efektif juga karena dari sekarang yang saya lihat gitu, anak-anak seumuran saya di SMA, banyak kan yang ikut gangster gitu aja yang mungkin pengaruhnya negatif gitu ya, jadi menurut saya itu efektifnya. Kalau kita diurus sama orang tua kan gak semua nerep juga gitu. Jadi mungkin kalau dikasi ke tentara atau dikasi ke barak mungkin bisa aja efektif,” tutur Novin.
Senada dengan Novin, respon positif juga datang dari Dewi, salah satu warga bandung sekaligus orang tua siswa mengungkapkan bahwa dirinya setuju dengan adanya kebijakan wajib militer yang dikeluarkan oleh Dedi Mulyadi. Menurutnya, hal itu menjadi alternatif pembinaan para siswa nakal yang sudah tidak mempan untuk dibina oleh sekolah maupun orang tua.
“Bagus sih tanggapan saya, soalnya itu buat pelajaran anak-anak kalau sama orang tua kan suka susah ya diomongin. Jadi lebih baik ya ada kebijakan ini dari Kang Dedi. Bagus banget sih,” kata Dewi.
Selain itu, dengan adanya kebijakan tersebut dapat menurunkan angka kriminalitas yang melibatkan remaja sekaligus memberantas geng motor yang rata-rata diikuti oleh para remaja yang masih bersekolah di SMP maupun SMA. Ia juga tidak merasa keberatan jika semisal anaknya terpilih mengikuti wajib militer selama satu tahun penuh.
“Gapapa karena Jadi didikan dari militer itu buat bekal mereka juga sih ya. Buat kedepannya. Jadi gimana cari kebebasan di luar itu sebenarnya nggak gampang gitu. Banyak criminal kan jadi mengurangi angka kriminal juga sih itu. karena geng itu sangat meresahkan ya,” imbuh dia
“Apalagi sekarang makin banyak dan juga kan suka bawa-bawa senjata kayak gitu. Itu kan nggak bagus ya kalau menurut saya. Bagus itu. Setuju sekali.Sama satu tahun menurut saya sih cukup ya. Lebih dari cukup sih sebenarnya. Cuma dari fisik anaknya juga kan biar kuat juga gitu,” pungkas dia. (Niko)