Jakarta, Nawacita – Minat baca di Indonesia bisa ditumbuhkan dengan dukungan fasilitas dan iklim lingkungan yang baik, misalnya orang tua sebagai role model anak, bisa memberikan contoh bagaimana kebiasaan membaca di lingkungan keluarga.
“Kalau orang tua biasa pegang hape saja anak pasti meniru, kecuali konten yang memang bisa melatih anak mendapatkan informasi dan merangsang minat baca. Selain itu lingkungan juga harus mendukung. Di lingkungan RT ada taman-taman baca, di rumah peribadatan seperti gereja, atau mushola bisa ditambah bacaan-bacaan untuk membantu anak-anak suka membaca,” kata Hermin Ari Direktur Iconesia dalam program Wawasan di Radio Suara Surabaya, Kamis (21/20/2021) pagi.
Lembaga survey Iconesia sendiri pernah terlibat dalam survey Indeks literasi Masyarakat di tahun 2019, melibatkan 4.080 orang dari 69 kabupaten Kota, 34 Provinsi dengan mengambil sampel Responden rentang usia 15-64 tahun. Metode penelitian Multistage Cluster Random Sampling ini Tingkat Kepercayaan 90 persen dan MoE <5 persen. Hasilnya menunjukkan indeks literasi masyarakat Indonesia berada pada kategori sedang, dengan capaian 51,56 persen.
“Artinya tidak rendah sekali, ada di tengah-tengahnya. Indikator yang kita gunakan ada banyak, diantaranya menilai tentang kemampuan baca, disini tidak hanya membaca buku, tapi juga literasi pada medium baru seperti digital content, sosial media dan lain-lain, kita nilai berapa durasi baca buku, konten, dengar radio itu kami nilai di sini dengan sasaran penelitian seluruh Indonesia,” kata Hermin.
Definisi literasi yang disepakati dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk membaca, berbicara dan menulis, memahami dengan baik, mengeksplorasi pengetahuan lebih jauh dan mentransformasikan menjadi pengetahuan dan produk/jasa untuk meningkatkan kualitas hidup.
Sementara di luar negeri, kata Hermin Ari ukuran kemampuan literasi membaca berbeda.






