Profil Presiden Erdogan, Pemimpin Turkiye Berpengaruh Selama Dua Dekade Lebih
JAKARTA, Nawacita – Profil Presiden Erdogan, Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, melakukan kunjungan ke Indonesia pada 11-12 Februari 2025. Ia tiba di Jakarta pada Selasa (11/2/2025) sore saat hujan mengguyur ibu kota.
Presiden Prabowo Subianto bahkan rela basah menyambutnya langsung di Bandara Halim Perdanakusuma. “Presiden Prabowo sangat dekat dengan Presiden Erdogan,” ujar Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, dalam keterangan tertulis.
Kunjungan Erdogan ke Indonesia menambah daftar panjang aktivitasnya sebagai pemimpin Turkiye yang telah berkuasa lebih dari dua dekade. Namun, siapakah Erdogan, dan bagaimana perjalanannya hingga menjadi sosok paling berpengaruh dalam politik Turkiye modern?
Profil Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Menarik untuk diketahui profil Presiden Turki Tayyip Erdogan yang telah menarik perhatian dunia ini:
Dari awal yang sederhana, Recep Tayyip Erdogan telah tumbuh menjadi sosok raksasa politik, memimpin Turki selama 20 tahun dan membentuk kembali negaranya lebih dari pemimpin mana pun sejak Mustafa Kemal Ataturk, bapak Republik Modern yang dihormati.
Meski diterpa serangkaian krisis, Erdogan masih unggul di putaran pertama pemilihan presiden 2023 dan akan mempertahankan kekuasaannya. Ia berada dalam posisi paling rentan selama bertahun-tahun lawannya yakin dapat mengalahkannya.
Pria kelahiran 26 Februari 1954 ini dibesarkan sebagai putra seorang penjaga pantai Laut Hitam Turki. Ketika dia berusia 13 tahun, sang ayah memutuskan untuk pindah ke Istanbul, berharap dapat memberikan pendidikan yang lebih baik kepada lima anaknya.
Erdogan muda menjual roti limun dan wijen untuk mendapatkan uang tambahan. Ia bersekolah di sekolah dasar Kasimpasa Piyale pada 1965 dan menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di Sekolah Menengah Imam Hatip Istanbul (Sekolah Menengah Kejuruan Keagamaan) pada 1973.
Setelah berhasil dalam ujian yang diperlukan untuk kursus tambahan, Erdogan terima diploma dari Eyup High School. Erdogan memperoleh gelar diploma manajemen dari Universitas Marmara Istanbul pada 1981. Selain itu, ia juga bermain sepak bola profesional.
Baca Juga:Â Destinasi Wisata di Turki, Dari Cappadocia Hingga Hagia Sophia
Tertarik pada Sepak Bola dan Menjadi Wali Kota Istanbul
Dikutip dari laman tccb.gov.tr, sejak masa muda, Erdogan telah memilih menjalani kehidupan sosial yang terkait dengan politik. Dari 1969-1982, ia juga aktif tertarik pada sepak bola yang mengajari pentingnya kerja tim dan semangat pada masa mudanya. Tahun-tahun ini bertepatan dengan saat Erdogan sebagai pemuda idealis mulai tertarik pada masalah sosial dan nasional terjun ke politik.

Pada 1970-an dan 80-an, Erdogan aktif di kalangan Islamis, bergabung dengan Partai Kesejahteraan pro-Islam pimpinan Necmettin Erbakan. Ketika partai itu semakin populer pada 1990-an, Erdogan terpilih sebagai wali kota Istanbul pada 1994, dan memimpin kota itu selama empat tahun berikutnya.
Akan tetapi, masa jabatannya berakhir saat dihukum karena membacakan puisi nasionalis di depan umum dan hasut kebencian rasial. Setelah menjalani empat bulan di penjara, dia kembali ke dunia politik. Namun, partainya telah dilarang karena melanggar prinsip-prinsip sekuler yang ketat dari negara Turki modern.
Pada Agustus 2001, ia mendirikan partai baru yang berakar pada Islam dengan sekutu Abdullah Gul. Pada 2002, AKP memenangkan mayoritas dalam pemilihan parlemen. Pada 2003, Erdogan diangkat sebagai perdana menteri. Ia tetap menjadi ketua AKP atau Justice and Development Party hingga hari ini.
Erdogan Jadi Perdana Menteri
Saat menjadi Perdana Menteri Turki pada 15 Maret 2003, ia menerapkan sejumlah reformasi yang sangat penting dalam waktu singkat. Hal ini sesuai cita-citanya tentang Turki yang lebih cerah dan terus berkembang.
Turki membuat kemajuan besar dalam demokratisasi, transparansi dan pencegahan korupsi. Sejalan dengan itu, inflasi yang tidak kunjung teratasi dan telah merugikan ekonomi Turki dan psikologi masyarakat selama puluhan tahun dapat dikendalikan.
Enam angka nol dihapus dari utang Lira, dan mengembalikan mata uang Turki Lira dalam kreditnya. Tingkat bunga utang diturunkan dan peningkatan yang cukup besar dalam pendapatan nasional per kapita tercapai.
Baca Juga:Â Profil Mayor Teddy Indra Wijaya, Ajudan Prabowo yang Kini Jabat Sekretaris Kabinet
Bendungan, perumahan, sekolah, jalan, rumah sakit, dan pembangkit listrik yang dibangun dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Semua perkembangan ini digambarkan oleh banyak pengamat asing dan pemimpin barat sebagai Revolusi Sunyi.

Sejak 2003, ia habiskan tiga masa jabatan sebagai perdana menteri. Ia memimpin dengan periode pertumbuhan ekonomi yang stabil dan mendapatkan pujian internasional sebagai seorang reformis.
Kelas menengah berkembang dan jutaan orang keluar dari kemiskinan, karena Erdogan memprioritaskan proyek infrastruktur raksasa untuk memodernisasi Turki.
Biodata Erdogan
Nama: Recep Tayyip Erdogan
Tanggal Lahir: 26 Februari 1954
Istri: Emiten Gulbaran
Anak: Ahmet Burak, Mecmettin Bilal, Esra, dan Sumeyye
Pendidikan:
Universitas Marmara
Karier:
- Perdana Menteri Turki: 2003-2014
- Anggota Parlemen Wilayah Istanbul: 2007
- Anggota Parlemen Wilayah Slirt: 2003-2007
- Pemimpin Partai Pembangunan dan Keadilan: 2001
- Wali Kota Istanbul pada 1994-1998
Kontroversi Erdogan
Akan tetapi, kritikus memperingatkan dia menjadi semakin otokratis. Pada 2013, pengunjuk rasa turun ke jalan, sebagian karena rencana pemerintahnya untuk mengubah taman yang sangat dicintai di pusat Istanbul, tetapi juga sebagai tantangan terhadap pemerintahan yang lebih otoriter. Perdana Menteri mengutuk pengunjuk rasa.
Protes Taman Gezi menandai titik balik dalam pemerintahannya. Bagi pengkritiknya, ia bertindak lebih seperti seorang sultan dari Kesultanan Utsmaniyah dari pada seorang democrat.
Erdogan juga berselisih dengan seorang cendekiawan Islam yang berbasis di Amerika Serikat bernama Fethullah Gulen, gerakan sosial dan budayanya telah membantunya meraih kemenangan dalam tiga pemilihan berturut-turut dan aktif menyingkirkan militer dari politik. Itu adalah perseteruan yang akan berdampak dramatis bagi masyarakat Turki.
Kebangkitan Islam
Setelah satu dekade pemerintahannya, partai Erdogan juga bergerak untuk cabut larangan wanita mengenakan jilbab di layanan publik yang diperkenalkan setelah kudeta militer pada 1980. Larangan itu akhirnya dicabut untuk wanita di kepolisian, militer dan peradilan.
Kritikus mengeluh dia telah merusak pilar-pilar republic sekuler Mustafa Kemal Ataturk. Meski religis, Erdogan selalu membantah ingin memaksakan nilai-nilai Islam. Ia bersikeras mendukuk hak-hak warga Turki untuk ekpresikan agama lebih terbuka.
Ayah dari empat anak ini, pada Juli 2020 mengawasi pengubahan Hagia Sophia yang bersejarah di Istanbul menjadi masjid. Dibangun tahun 1.500 sebagai katedral, dijadikan masjid oleh Turki Ottoman, tetapi Ataturk telah ubah menjadi museum, simbol negara sekuler baru.
lp6nws.