OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Risiko Geopolitik dan Pelemahan Ekonomi Global
Jakarta, Nawacita 6 November 2024 – Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa meskipun tantangan global semakin meningkat, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga dengan baik. Peningkatan risiko geopolitik dan penurunan aktivitas ekonomi global menjadi faktor utama yang mempengaruhi prospek perekonomian dunia saat ini.
Kondisi perekonomian global menghadapi tantangan berat, di antaranya perlambatan pertumbuhan di negara-negara besar dan ketidakpastian yang terus melanda sektor-sektor utama. Perekonomian Amerika Serikat (AS), meski menghadapi sejumlah tekanan, menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Solidnya pasar tenaga kerja dan membaiknya permintaan domestik menjadi faktor utama yang mendukung optimisme terhadap perekonomian AS.
Sementara itu, di Eropa, meski terdapat tanda-tanda pemulihan dalam aktivitas ekonomi, seperti meningkatnya penjualan ritel, sektor manufaktur masih menghadapi kesulitan yang signifikan.
Tiongkok: Perlambatan Berlanjut
Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal ketiga 2024 masih mengalami pelambatan. Baik sisi permintaan (demand) maupun sisi penawaran (supply) menunjukkan kinerja yang kurang menggembirakan.
Baca Juga : Berantas Judi Online, OJK Blokir Lebih dari 8.000 Rekening
“Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral Tiongkok untuk terus memberikan stimulus guna menggerakkan sektor riil, serta mengambil langkah-langkah untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter,” jelas M. Ismail.
Tantangan Geopolitik dan Dampaknya
Ismail juga menyoroti dampak meningkatnya ketegangan geopolitik terhadap perekonomian global. Konflik yang terus memanas di Timur Tengah dan ketidakpastian politik di AS menjelang Pemilu Presiden pada November 2024 turut menambah ketegangan global. Instabilitas di Timur Tengah menyebabkan lonjakan harga komoditas aman (safe haven) seperti emas.
“Eskalasi ketegangan geopolitik ini turut mempengaruhi kenaikan premi risiko dan yield global yang lebih tinggi. Akibatnya, terjadi aliran modal keluar (capital outflow) dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menyebabkan sebagian besar pasar keuangan negara berkembang mengalami pelemahan,” ujar Ismail.
Stabilitas Ekonomi Domestik
Di tengah ketidakpastian yang melanda perekonomian global, kondisi ekonomi domestik Indonesia tercatat masih stabil. Inflasi inti dapat dikendalikan, dan neraca perdagangan Indonesia juga masih mencatatkan surplus sejak Juli 2024. Namun demikian, OJK mencatat bahwa beberapa indikator ekonomi masih membutuhkan perhatian, terutama Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang terus berada dalam zona kontraksi.
“Selain itu, pemulihan daya beli masyarakat masih berlangsung secara bertahap, yang menunjukkan adanya tantangan dalam percepatan pemulihan ekonomi domestik,” pungkas M. Ismail.
Secara keseluruhan, meski menghadapi berbagai tantangan eksternal, sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil dan siap menghadapi gejolak perekonomian global, dengan OJK terus melakukan pemantauan dan pengawasan yang intensif terhadap perkembangan pasar keuangan di dalam dan luar negeri.