Unair Selenggarakan Seminar Keanekaragaman Hayati

Seminar Keanekaragaman Hayati, Unair
Seminar Keanekaragaman Hayati, Unair
top banner

Nawacita – Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerjasama dengan lembaga Penyakit Tropis Unair (ITD), Perhimpunan Peneliti Bahan Alam (PERHIPBA) dan Phytochemical Society of Asia (PSA) menyelenggarakan seminar internasional tentang produk bahan alam dan keanekaragaman Hayati yang bertajuk Bromo Conference, Simposium On Natural Products and Biodiversity, Rabu (11/7) di Gedung Rektorat Unair lantai 5.

Konferensi ini diselenggarakan untuk pemaparan hasil riset produk-produk alami dan keanekaragaman hayati dari berbagai negara dan implementasi dari protokol Nagoya, yakni protokol yang menjamin kedaulatan negara, mengatur konservasi pemanfaatan berkelanjutan dan pembagian yang adil dan seimbang.

Konferensi dibuka oleh Menristekdikti, Prof H. Mohamad Nasir dan sekaligus memberikan keynote speaker. Kegiatan ini diikuti oleh narasumber dari 12 negara yang ahli dalam bidang farmakognosi, fitokimia, industri bioteknologi, dan kebijakan pemerintah tentang obat tradisional.

Dalam sambutannya Prof. Nasir memaparkan bahwa hampir 92 persen bahan farmasi yang beredar di Indonesia diimpor dari luar negeri. Untuk mengatasi realita tersebut, riset-riset dari lembaga perguruan tinggi perlu diperbanuak. Misalnya dengan memanfaatkan kekayaan alam dan biodiversitas yang melimpah di Indonesia. “Kita harus kembangkan terus riset produk alami dan biodiversitas, sehingga tidak hanya berhenti menjadi penelitian di perpustakaan,” paparnya.

Dalam sambutannya, Nasir memaparkan bahwa hampir 92 persen bahan farmasi yang beredar di Indonesia diimpor dari luar negeri. Untuk mengatasi realita tersebut, riset-riset dari lembaga perguruan tinggi perlu diperbanuak. Misalnya dengan memanfaatkan kekayaan alam dan biodiversitas yang melimpah di Indonesia. “Kita harus kembangkan terus riset produk alami dan biodiversitas, sehingga tidak hanya berhenti menjadi penelitian di perpustakaan,” paparnya.

Rektor Unair Prof M. Nasih mengatakan, Konferensi tersebut sangat penting. Sebab, fokus seminar itu adalah produk nasional yang dibuat dari bahan-bahan alami dan biodiversitas. Sebagai universitas dari negara yang kaya akan biodiversitas dan bahan alam, Unair telah cukup berkontribusi melalui lembaga penyakit tropis. Yakni dengan melakukan riset di bidang penanggulangan malaria serta HIV-AIDS dengan menggunakan bahan-bahan alami.

“Riset harus semakin kuat dan berdampak baik pada masyarakat. Konferensi ini untuk memperkuat produk alami dan memperdalam riset biodiversitas di Indonesia dengan mengundang para peneliti internasional dalam bidang tersebut,” jelas Nasih.

brtjtm

 

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here