Lima Hal Baru Pelayanan Haji 2018

top banner

Nawacita – Ada sejumlah pembaruan dari Kemenag untuk meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji di tahun 2018. Setidaknya ada 5 hal baru. Apa saja?

Pertama, calon jamaah haji di Indonesia kini tak lagi harus mengantre berjam-jam untuk mengurus administrasi imigrasi setibanya di bandara Jeddah maupun bandara Madinah. Proses pengambilan data 10 sidik jari dan biometrik kini bisa dilakukan di asrama haji.

“Jadi sidik jari 10 jari, biometrik dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dokumentasi pengurusan dokumen perjalanan sudah bisa dilakukan di asrama haji di tanah air, sehingga ketika mereka di Saudi Arabia, mereka tinggal mengecap paspor mereka dan finger print satu sidik jari saja. Sehingga lebih efisien,” tutur Menag Lukman Hakim dalam pemaparannya saat membuka Pelatihan Petugas Haji 2018 di Asrama Haji Pondok Gede, Senin (28/5/2018).

Kedua, Kemenag menambah porsi makan untuk jamaah selama di Makkah. Jatah makan jemaah selama berada di Makkah ditambah 15 kali, jadi total 40 kali makan.

Pada tahun 2017, jatah makan jemaah adalah sebanyak 25 kali. Sedangkan pada tahun 2016, jumlahnya 24 kali makan.

“Tahun ini bertambah 15 kali dari jumlah sebelumnya,” ujar Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah Kementerian Agama Nizar Ali.

Ketiga, menempatkan seluruh jamaah yang berada di Madinah di zona terdekat dengan Masjib Nabawi yakni area Markaziyah. Area Markaziya berada di radius 650 meter dari Masjib Nabawi.

Di musim-musim haji sebelumnya masih ada jamaah haji yang ditempatkan di luar Markaziyah. Selain jaraknya yang jauh, jamaah juga harus menyeberang jalan besar, King Faisal Road untuk bisa ke Masjib Nabawi.

Berhasil ‘dikuncinya’ seluruh hotel di Markaziyah untuk para calon jamaah ini tak lepas dari strategi Kemenag yang bisa melakukan sewa full satu musim di sejumlah hotel tersebut.

“Tahun ini kita buat terobosan. Kita pesan dulu, uangnya belakangan. Yang penting dapet dulu di Markaziyah,” kata Nizar.

Keempat, membentuk tim Petugas Preventive Pada Jamaah Haji (P3JH). Tim yang terdiri dari tenaga medis TNI-Polri ini dikhususkan untuk bergerak mobile saat puncan haji.

“Tim P3JH ini akan berkoordinasi erat dengan tim kesehatan dari Kemenkes,” tutur Nizar.

Kelima, menempatkan konsultan ibadah di setiap sektor. Direktur Bina Pelayanan Haji Khoirizi mengatakan konsultan ibadah yang ada di sektor ini nantinya bisa menjadi tempat konsultasi atau berkoordinasi dengan petugas pembimbing ibadah yang menyertai jamaah.

dtk

 

 

 

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here