JAKARTA, NAWACITA – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah memproses pembentukan induk usaha alias holding company di 6 sektor. Salah satu holdingBUMN yang akan dibentuk adalah holding jasa keuangan.
Deputi Usaha Jasa Keuangan, Jasa Konstruksi, dan Jasa Lainnya Kementerian BUMN, Gatot Trihargo mengaku optimistis pembentukan perusahaan induk (holding) BUMN di bidang jasa keuangan bisa rampung dalam tahun ini. Hal ini didukung dengan proses yang masih terus berjalan, seiring dengan dilakukannya konsolidasi dengan DPR.
“Holding BUMN jasa keuangan, sama dengan holding BUMN yang lain. Kita masih proses. Kita juga sambil konsultasi dengan komisi 6 juga. Kemarin sudah rapat dengar pendapat dengan komisi 6 . Lalu akan dibahas dengan masing-masing holding”.
Ia mengatakan tidak ada hambatan berarti yang menghalangi proses holding ini, pasalnya Presiden juga sudah menyetujui rencana ini, namun hanya memerlukan proses administrasi yang harus diikuti.
“Nggak ada hambatan. Hanya perlu proses administrasi dan sebagainya. Overall kita sudah siap. Kita harapkan tahun ini sudah jadi,” katanya.
“Justru ini akan memperkuat basis. Akan lebih efisien, IT Servicesnya akan jadi satu holding. ATM akan menjadi efisien, karena kita bersama-sama. EDC juga sama. Share services akan lebih bagus,” jelas dia.
Seperti diketahui, selama ini pangsa pasar jasa keuangan Indonesia banyak dikuasai oleh sektor swasta. Diharapkan, dengan terbentuknya holding jasa keuangan ini, bisa menghemat anggaran dari biaya operasional perbankan. Salah satunya adalah biaya pembiayaan yang selama ini dibayarkan pada perusahaan prinsipal asing.
“Jadi kita mau ini lebih efisien, kalau kita mau berkompetisi. Market share kita kan masih belum terlalu besar, masih 35%. Kalau dicompare dengan bank swasta maupun bank asing, market share kita masih belum, dan kita ingin lebih efisien,” ungkapnya.
Rencananya, PT Danareksa (Persero) akan didaulat sebagai holding yang akan menaungi semua BUMN di bidang jasa keuangan, termasuk perbankan.
Gatot meyakini holding BUMN jasa keuangan akan menjadi induk usaha yang kuat. Sebab, perusahaan BUMN yang bakal tergabung di dalamnya memiliki keuangan yang sehat, baik perbankan maupun jasa keuangan lainnya. Selain itu, belanja modal (capital expenditure) juga akan meningkat.
“Kalau kita lihat, setelah holding ini, kita bisa me-leverage atau bisa menaikan kapasitas itu (belanja modal). Ini jauh lebih bagus, apalagi di sisi lain APBN kita kan tertekan. Kita harus mendorong untuk pendanaan,” pungkasnya.
Sumber : detik.com