Bandung, Nawacita – Para pedagang di kawasan ruang publik Skywalk Teras Cihampelas, menagih janji Walikota Bandung soal revitalisasi.
Skywalk yang membentang di atas Jalan Cihampelas tersebut dibangun pada era Walikota Ridwan Kamil sebagai ruang publik dan penopang ekonomi para pedagang lokal.
Skywalk sendiri pernah menjadi magnet wisata sekaligus kebanggaan warga Kota Bandung pada masanya.
Kini, Skywalk tidak lagi berfungsi. Kondisinya kumuh dan tak secantik ketika baru diresmikan.
Skywalk yang dulunya ramai oleh pengunjung dan pedagang, kini sepi dan tak terurus. Lantai keramik pecah bahkan coretan vandalisme bebas terpampang di beberapa titik. Tak heran, pengunjung pun semakin enggan datang.
Meski begitu, masih ada segelintir pedagang yang bertahan mengais rezeki di atas skywalk tersebut. Salah satunya adalah Destiana (48).
Destiana mengaku, sejak Skywalk ini sepi pasca pandemi, usaha dan ekonominya belum juga pulih hingga saat ini.
Minimnya jumlah pengunjung di Skywalk membuat banyak pedagang memilih pindah ke bawah Skywalk atau Jalan Cihampelas yang lebih ramai pejalan kaki.
Baca Juga: Harusnya Akhir 2018, Teras Cihampelas Tahap 2 Selesai Bulan Depan
“Sebelum Covid-19, jualan di atas itu ramai. Tapi setelah pandemi, sepi sampai sekarang. Pendapatan juga turun jauh. Sebelum pandemi bisa sampai Rp1 juta per hari, sekarang paling hanya Rp150-Rp200 ribu per hari,” ungkapnya kepada Nawacita.co, Minggu (6/4/2025).
Ia menyayangkan belum adanya realisasi dari janji pemerintah untuk menata ulang kawasan Skywalk Teras Cihampelas.
Destiana menyebut Walikota Bandung yang baru Muhammad Farhan pernah datang sebelum Ramadan dan menjanjikan penataan ulang serta pemindahan pedagang dari bawah ke atas.
“Walikota yang baru sudah pernah datang ke sini sebelum puasa, katanya semua pedagang di bawah akan dipindahkan ke atas. Tapi sampai sekarang belum ada penataan lebih lanjut,” jelasnya.
Menurut Destiana, berjualan di atas sebenarnya lebih nyaman karena tidak bersinggungan langsung dengan kendaraan. Namun sayangnya, beberapa fasilitas seperti atap kios juga tak luput dari masalah. Kebocoran saat hujan membuat pembeli enggan berlama-lama.
“Atapnya bocor, jadi tamu juga malas naik ke atas kalau hujan. Padahal di sini sudah disediakan tempat berteduh, tapi kalau bocor ya percuma,” keluhnya.
Destiana berharap janji pemerintah tak sekadar menjadi wacana. Ia percaya, jika kawasan tersebut ditata, suasana akan kembali hidup seperti dulu.
“Kalau semua pedagang dipindahkan ke atas, tempat ini bisa hidup lagi. Wisatawan juga akan tertarik naik kalau tempatnya tertata dan nyaman. Semoga janji pemerintah segera ditepati,” tuturnya.
Reporter : Niko