Monday, September 16, 2024
HomeSTARTUPLifeStyleKisah Tragis Marie Antoinette, Ratu Prancis yang Suka Bergaya Hidup Mewah

Kisah Tragis Marie Antoinette, Ratu Prancis yang Suka Bergaya Hidup Mewah

Kisah Tragis Marie Antoinette, Hobi Judi dan Berpesta saat Rakyatnya Miskin

JAKARTA, Nawacita – Kisah Tragis Marie Antoinette kembali menjadi perbincangan di kalangan netizen di media sosial setelah disamakan dengan Erina Gudono, istri Kaesang Pangarep.

Menantu Presiden Jokowi ini dianggap memiliki kemiripan dengan kisah Marie Antoinette oleh netizen karena sering memamerkan gaya hidup mewahnya di platform digital.

Lalu, siapa sebenarnya Marie Antoinette, dan mengapa netizen membandingkannya dengan Erina Gudono? Berikut adalah kisah Marie Antoinette.

1. Kisah Marie Antoinette

Kisah Marie Antoinette lahir di Wina, Austria, sebagai putri bungsu dari Kaisar Romawi Suci Francis I dan Maria Theresa. Di usia 14 tahun, Marie menikah dengan Raja Prancis Louis XVI dalam pernikahan politik. Dia menjadi permaisuri setelah suaminya naik takhta pada 1774.

Kisah Marie Antoinette sering dikaitkan dengan kehidupan yang mewah, pemborosan, dan kemerosotan monarki Prancis di masa-masa akhir rezimnya. Dikutip dari palacae of versailles, Marie gemar berjudi bersama para bangsawan, meskipun sering kalah.

Baca Juga: Kisah Bocah 12 Tahun Punya Gaji Rp 3 Miliar per Bulan, Bisnis Lancar Pilih Pensiun Dini

Raja Louis XVI sempat khawatir kekayaan kerajaan akan terkuras habis karena kebiasaan berjudi istrinya. Selain itu, Marie sangat menyukai musik dan mode, sering bermain alat musik dan mengenakan gaun serta gaya rambut yang eksentrik. Dalam satu tahun, Marie bisa membeli hingga 300 gaun.

Kisah Tragis Marie Antoinette
Kisah Tragis Marie Antoinette, Hobi Judi dan Berpesta saat Rakyatnya Miskin.

Pada 1770 hingga 1780-an, Prancis mengalami krisis ekonomi yang diperparah oleh utang besar, salah satunya akibat gaya hidup boros Marie Antoinette. Meski demikian, utang besar Prancis lebih banyak disebabkan oleh keterlibatan negara dalam perang kolonial, termasuk Revolusi Amerika.

Sistem perpajakan Prancis yang diskriminatif, di mana bangsawan dan pemilik properti besar dibebaskan dari pajak, juga menambah beban masyarakat biasa, yang merasa tertekan oleh pajak yang tinggi. Akibatnya, kemarahan rakyat terhadap keluarga kerajaan, terutama Marie, memuncak.

Rakyat Prancis mulai menyebarkan pamflet dan sindiran yang mengecam Marie. Alih-alih meredakan ketegangan, Marie justru semakin memancing kemarahan dengan membangun sebuah desa pertanian di Istana Versailles pada 1783, sebagai cara untuk “melarikan diri” dari kecaman publik.

Di sana, Marie berpura-pura menjadi petani, yang dianggap oleh banyak orang sebagai ejekan terhadap rakyat miskin. Desa buatan itu memang indah, tetapi tindakan Marie ini memicu kemarahan lebih lanjut.

Selain itu, beredar pula kabar bahwa Marie pernah berkata, “Jika rakyat tidak punya roti, maka biarkan mereka makan kue.”

Namun, pernyataan ini tidak terbukti dalam catatan sejarah dan diduga berasal dari istri Raja Louis XIV atau ditulis oleh filsuf Jean-Jacques Rousseau. Ketidakstabilan ekonomi dan kebencian masyarakat terhadap keluarga kerajaan akhirnya memicu revolusi.

Marie diadili dan dieksekusi mati pada usia 37 tahun. Dalam upaya melarikan diri ke Austria, Marie dan keluarganya ditangkap, dan ia dianggap sebagai pengkhianat oleh banyak orang.

Sebelum dieksekusi, Marie Antoinette konon sempat memohon pengampunan dari algojonya, tetapi permintaan itu tidak dikabulkan.

idznws.

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru