Memasuki Kemarau, BPBD Mojokerto Waspadai Kebakaran Hutan dan Kekeringan
Mojokerto, Nawacita – Memasuki musim kemarau yang akan berlangsung hingga November 2023, sejumlah wilayah di Indonesia mengalami cuaca yang ekstrem, hal itu menjadi sulit di prediksi. Akibat dari dampak cuaca ekstrem akan banyak menimbulkan kerugian, baik kerugian material maupun non material yang tidak sedikit.
Seperti halnya di di Mojokerto, terkait cuaca ekstrem memang menjadi momok bagi beberapa daerah, di Mojokerto sendiri bencana yang sering terjadi saat musim kemarau adalah kebakaran hutan dan kekeringan yang melanda beberapa Kecamatan di Mojokerto.
Merespon hal fenomena tersebut, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Supangkat mengatakan, fenomena cuaca panas yang melanda terjadi karena adanya El Nino, maka dari itu pihaknya meminta kepada warga Mojokerto untuk mewaspadai potensi bencana yang dapat ditimbulkan oleh gelombang panas itu. Adapun potensi bencana yang dimaksud ialah kebakaran hutan dan lahan.
“Suhu di Mojokerto bisa mencapai hingga 37 derajat Celcius, hal ini terjadi karena fenomena El Nino yang menjadi sebab cuaca panas melanda di Mojokerto,” ucap Djoko, Selasa (9/5/2023).
Menurutnya, berdasarkan laporan BMKG sejumlah wilayah Jawa Timur akan memasuki musim kemarau bulan Mei hingga November termasuk Mojokerto. Selain itu, fenomena el nino yang diprediksi berlangsung lama dikhawatirkan dapat mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan.
Baca Juga: Ajang Porprov Bakal di Manfaatkan Pemkab Mojokerto Genjot PAD Dari Sektor Pariwisata
“kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi di daerah pegunungan, fenomena karhutla sering dipicu oleh vegetasi kering yang dihanguskan suhu panas. Beberapa kawasan hutan hujan tropis di daerah Jabung, mulai dari Gondang, Pacet, Jatirejo, hingga Trawas menjadi perhatian BPBD Mojokerto agar disiagakan lebih awal untuk mengurangi risiko bencana karhutla,” jelasnya.
Djoko juga mengingatkan warga Mojokerto untuk tidak secara asal membakar sampah maupun limbah organik seperti ilalang dan lain-lainnya. Sebab, dicuaca panas seperti ini api bisa dengan mudah menyambar daerah sekitar.
“Bencana memang tidak bisa di prediksi, dengan itu kita harus selalu waspada. Selain itu yang paling penting kita juga harus dapat menjaga kesehatan dan untuk lebih menjaga kesehatan, sebab wilayah Mojokerto diprediksi akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei hingga November 2023 nanti,” tuturnya.
Selain itu, potensi bencana kekeringan juga diprediksi terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Ngoro dan Trawas. Desa-desa tersebut belum dialiri air bersih. Mereka masih mengandalkan dropping dari daerah di bawahnya.
“Tahun lalu desa di Ngoro dan Trawas masih mengandalkan dropping air dari area bawah. Karena itu, ada kemungkinan terjadi bencana kekeringan,” imbuh Djoko.
Karena itu, Djoko mengatakan, butuh kesiapsiagaan untuk mengatasi potensi bencana yang dimaksud. “Perlu kesiapsiagaan dan waspada terhadap bencana karhutla dan kekeringan. Apalagi beberapa daerah berpotensi mengalaminya,” pungkasnya.