JAKARTA, NAWACITA – Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, hari ini melakukan inspeksi mendadak atau sidak ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di Jakarta Timur.
Dari rumah dinasnya di Komplek Widya Candra, Jakarta Selatan, Amran sampai di pusat kulakan beras terbesar di Jakarta itu pukul 08.30 WIB. Dia mengenakan batik kelir cokelat dan ditemani Dirjen Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian Perdagangan, Syahrul Mamma
Dalam sidak yang berlangsung sekitar 2 jam tersebut, Amran mendapati harga beras dijual ke pedagang grosir di PIBC sebesar Rp 7.000/kg. Artinya, harga beras yang dibeli di tingkat petani bisa mencapai Rp 6.000/kg, atau jauh dari harga yang ditetapkan pemerintah lewat harga pokok pembelian (HPP) Rp 7.300/kg.
“Kasihan petani. Harga rendah bikin petani nggak mau tanam lagi, bagaimana mau swasembada? Omong kosong itu swasembada (beras) kalau harga di petani tak bisa dijaga,” kata Amran di sela-sela sidaknya di PIBC, Selasa (30/8/2016).
Dia menuturkan, di situlah seharusnya Bulog hadir melakukan stabilisasi harga di tingkat petani agar harga beras tak terlalu melorot saat panen melimpah, setidaknya harganya sama sesuai HPP sebesar Rp 7.300/kg.
“Panen harus Bulog harus serap cepat. Harga petani harus dijaga, ini waktunya panen padi kan, ini waktunya Bulog serap sebanyak-banyaknya,” ujar menteri asal Bone, Sulawesi Selatan ini.
Sebelumnya, Amran mengungkapkan, temuan barunya di sidaknya hari ini, penetapan HPP oleh pemerintah rupanya belum berjalan optimal di lapangan.
“Nggak optimal ini penggunaan HPP, di sini harga beras Rp 7.000/kg, taruhlah hampir semua beras di dalam negeri ini IR 64 atau hampir 90% beras yang beredar itu IR 64, biaya produksinya sama,” jelas Amran.
“Artinya apa? Kalau harga di sini (pasar induk) Rp 7.000/kg, harga petani mungkin sekitar Rp 6.000/kg, padahal harga (HPP) beras yang ditetapkan pemerintah Rp 7.300/kg. Itu petani beras harganya murah, fakta ini menunjukan serapan kita sangat lemah,” imbuhnya.
Sumber : detik.com