Surabaya, Nawacita – Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Ciputra (UC) Surabaya menggelar Ciputra Film Festival, Selasa (27/5/2025).
Event ke empat kalinya ini bertemakan ‘Boneless’ yang merepresentasikan dunia sinema tanpa batas.
Festival ini diresmikan langsung Direktur Manajemen Industri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Syaifullah, dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi, Cosmas Gatot Haryono.
Gatot menjelaskan bahwa festival ini bukan hanya panggung bagi para filmmaker, tapi juga wadah belajar nyata bagi mahasiswa.
Penyelenggaraannya ditangani oleh mahasiswa dengan standar profesional, bahkan dengan penerapan Key Performance Indicator (KPI) layaknya di dunia industri
“Kami ingin mahasiswa belajar bekerja secara profesional. Ini bukan sekadar event kampus, tapi festival dengan standar internasional yang nyata,” jelasnya.
Gatot menyebut salah satu nilai lebih dari festival ini adalah fokusnya pada pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam dunia film.
Baca Juga: Universitas Ciputra Mendidik Sineas Muda Berjiwa Entrepreneur Lewat 3rd Ciputra Film Festival
“Ini bukan sekadar festival pemutaran film, tapi juga ruang diskusi dan pembelajaran tentang bagaimana teknologi bisa menjadi bagian integral dari proses kreatif,” katanya.
Sementara Director of Ciputra Film Festival, Emma Regina Candra menyebut ada 1.636 film dari lebih 100 negara, sebuah pencapaian luar biasa yang menunjukkan gaung internasional ajang ini.
“Namun, tidak semua film ditayangkan,” jelasnya.
Emma mengatakan melalui proses kurasi ketat oleh tim internal dan eksternal, termasuk juri dari Macquarie University, Australia, hanya film-film terpilih yang ditayangkan di bioskop.
Dengan adanya Ciputra Film Festival ini membawa harapan besar menjadi pelopor festival film internasional di wilayah timur Indonesia.
Di tengah dominasi Jakarta, Jogja, dan kota-kota besar lain di barat Indonesia, kehadiran festival ini di Jawa Timur menjadi oase baru bagi dunia film nasional.
“Harapannya ini bisa menjadi tonggak awal festival berstandar internasional dari timur Indonesia yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat,” tandas Emma.
Reporter : Alus Tri