Kisah Chairul Tanjung Beli Carrefour Hingga Jadi Transmart Makin Besar
JAKARTA, Nawacita – Kisah Chairul Tanjung Beli Carrefour Hingga Jadi Transmart, Pengusaha Chairul Tanjung (CT) sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Besarnya kerajaan bisnis Chairul Tanjung, dari jaringan media sampai perbankan. Namanya harum karena menjadi salah satu pengusaha Indonesia yang sangat sukses berbisnis.
Kebesaran nama inilah yang kemudian menjadi daya tarik bos perusahaan retail di tanah air, Carrefour. Sejak berdiri tahun 1998, Carrefour menjadi raja retail di Indonesia dan waktu itu sedang mencari mitra strategis untuk pengembangan bisnisnya. Dari sekian banyak orang, CT menjadi yang teratas jadi prioritas.
Sebagaimana dipaparkan tulisan Tempo dalam majalah berjudul Rekam Jejak Bisnis Chairul Tanjung, sang bos itu berupaya menemui CT untuk mengutarakan niatnya. Hingga akhirnya, Direktur Eksekutif Carrefour Group Thierry Garnier datang khusus untuk menemui orang nomor satu di Para Group itu. Namun, CT tak langsung setuju. Dia punya daya tawar tinggi.
“Saya mau jadi pemegang saham terbesar. […] Saya mau misi dan visi kami, seperti pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM), bermitra dengan pasar tradisional, hubungan dengan pusat dan daerah, bisa berjalan,” kata CT dikutip dari Chairul Tanjung si Anak Singkong (2012)
“Kalau mau seperti itu, oke. Kalau tidak, silakan cari mitra lain,” tambahnya. Bagi CT, UKM memantik perekonomian rakyat. Karenanya dia ingin Carrefour membuka akses lebih luas kepada UKM melalui proses kerja sama.
Penawaran CT membuat pihak Carrefour bergeming. Namun, karena perusahaan Prancis itu sudah memandang CT dan Para Group (kini CT Corp) adalah mitra bisnis yang baik, maka permufakatan pun bisa cepat selesai.
Baca Juga: Profil Jhon LBF, Pengusaha Mualaf yang Tawarkan Pekerjaan untuk Tiko Hingga Pengemis Online
Tiga bulan setelah pertemuan itu, tepat pada 16 April 2010, keduanya mencapai kata sepakat. CT resmi mengambil alih 40% saham Carrefour, dan sejak saat itu Carrefour Indonesia milik orang Indonesia. Ini menjadi proses dagang tercepat dalam sejarah bisnis di Indonesia abad ke-21. Semuanya hanya butuh waktu tiga bulan.
“Carrefour sebagai perusahaan terbesar kedua di dunia setelah Wal Mart, sangat berhati-hati memilih mitra lokal. Karena itu porsi saham yang dilepas baru 40 persen. Mereka ingin melihat apakah Carrefour Indonesia berada di tangan yang tepat atau tidak,”
Untuk menjalankan usaha baru ini, CT harus turun gunung. Dia sering mendatangi tiap gerai usaha. Berbicara dengan para karyawan. Mengecek harga barang-barang. “Karena itu, saya tahu berapa harga jeruk Pontianak dan jeruk Mandarin,” katanya.
Ia juga segera merealisasikan mimpinya untuk memajukan UMKM lokal. Pada Mei 2010, dia meresmikan program bazar rakyat di seluruh Carrefour Indonesia tanpa batas waktu. Tujuan pria kelahiran 18 Juni 1962 ini hanya untuk memantik roda ekonomi rakyat. Dengan adanya bazar diprediksi toko ritel akan membawa peran kunci untuk melaksanakan distribusi jaringan kebutuhan hidup masyarakat.
“Saya ingin menjadikan Carrefour sebagai alat menyejahterakan petani, peternak, pedagang, dan konsumen yang merupakan sebagian besar dari rakyat Indonesia,” ungkap CT kepada Tjahja Gunawan Diredja.
Setahun kemudian, Carrefour memang berada di orang yang tepat. Pada 2011 omset Carrefour mencapai Rp 13,75 triliun dengan transaksi rata-rata per hari mencapai setengah juta struk. Dalam pemberitaan Detik (20 November 2012), Carrefour telah menguasai 40% pasar hypermarket dan supermarket di 28 kota, serta melayani 72 juta pelanggan. Dan yang terpenting, dari semuanya 70% pemasok barang adalah UMKM.
Keberhasilan ini membuatnya makin berani mengambilalih seluruh sisa saham. Pada November 2012, CT resmi kuasai 100% saham Carrefour Indonesia. Perlahan, dia mengubah nama toko retail itu menjadi Transmart yang kini juga sedang bertransformasi hingga lebih dari 100 gerai.
cnbnws.