Pengamat Sarankan Pemprov Jabar Reaktivasi Empat Jalur Kereta Api Prioritas Terlebih Dahulu
Bandung, Nawacita – Pengamat Transportasi sekaligus Dosen Teknik Sipil ITB, Sony Sulaksono menyarankan agar Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan reaktivasi di empat jalur yang dinilai prioritas dan telah direncanakan jauh sebelum reaktivasi menjadi program prioritas Pemprov Jabar saat ini.
Empat jalur tersebut seperti Kiaracondong – Ciwidey, Rancaekek – Tanjungsari, Cibatu – Garut dan Banjar – Pangandaran. Hal itu dikarenakan rencana reaktivasi empat jalur tersebut sudah disusun dalam rencana strategis Kementerian Perhubungan tahun 2019. Namun, reaktivasi yang baru terealisasi hanya jalur Garut – Cibatu.
“Memang ada tambahan sampai 11, ya, tetapi kalau kita melihat dari potensi yang ada, mungkin kita bisa prioritas di tiga atau empat dulu. Sebenarnya itu kan sudah lama disusun dalam rencana strategis Kementerian Perhubungan tahun 2019, kalau nggak salah,” ujar Sony saat dihubung, Kamis (24/4/2025) siang.

“Jadi, di dalam rencana Kementerian Perhubungan waktu itu, itu ada target 4 reaktivasi di Jawa Barat. Ya, jadi empat reaktivasi di Jawa Barat itu adalah Ciwidey – Bandung, Tanjung Sari – Bandung terus kemudian Cibatu – Garut, dan ke Banjar – Pangandaran,” tambahnya.
Sony menerangkan bahwa sebetulnya reaktivasi jalur Bandung – Ciwidey bakal direalisasikan pada tahun 2020. Namun realisasi tersebut gagal akibat adanya wabah Covid 19 yang melanda Indonesia. Maka dari itu, Sony sangat mendukung adanya kebijakan reaktivasi jalur kereta api oleh Pemprov Jawa Barat hari ini. Terlebih jumlah jalur yang bakal direaktivasi bertambah menjadi 11 jalur.
“Itu pada 2020, kalau nggak salah, 2020 itu akan mencoba merealisasikan, ya, khususnya yang Ciwidey Bandung. Cuma waktu itu sudah keburu COVID, akhirnya tertunda seperti itu. Nah, makanya dengan adanya ide Gubernur Jawa Barat untuk mereaktivasi ini, ya, harapannya ini akan segera terwujud. Ya, reaktivasi 4 jalur peta api yang ada di Jawa Barat (yang diprioritaskan),” terangnya.
Sony menilai kebijakan tersebut cukup baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Sebab sistem transportasi untuk masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan jalan raya. Menurut Sony, masyarakat harus diberikan banyak pilihan untuk moda transportasi darat.
“Ya, sebenarnya ini terlambat ya, harusnya dilakukan 10 tahun yang lalu gitu, artinya kita dalam sistem transportasi ya kita tidak bisa mengandalkan semata-mata hanya pergerakan di jalan. Apalagi ini kan sebenarnya kan kereta api sudah dibangun rintisannya di zaman Belanda. Kenapa ini tidak kita hidupkan lagi, kenapa kita tidak perkuat lagi? Jangan sampai jalur -jalur transportasi darat itu sangat didominasi oleh jalan tol atau jalan arteri,” ungkapnya.
Baca Juga: Bakal Reaktivasi Jalur Mati Kereta Api, Pemprov Jabar Gelontorkan Dana Rp 15 Triliun
Adanya reaktivasi jalur kereta api ini akan membuat moda transportasi darat semakin bertambah dan masyarakat bisa mempunyai alternatif moda transportasi darat yang akan dipakai khususnya transportasi umum.
“Kasihan masyarakat sebaiknya memang harus diberi banyak pilihan, ya jadi kalau mau punya mobil silahkan mau lewat tol, tapi kalau yang tidak ingin pakai sampai-sampai naik mobil silahkan menggunakan kereta api, itu dalam sistem transportasi kan harus seperti itu, harus memberikan banyak pilihan buat masyarakat untuk bertransportasi,” tandasnya.
Lebih lanjut, ia juga mendorong agar pemerintah memprioritaskan reaktivasi jalur kereta ke arah Cianjur. Meski operasional jalur tersebut pernah dihentikan pada tahun 1980 an akibat sepi peminat ia tetap mendorong adanya reaktivasi jalur tersebut. Hal itu melihat dari sisi perkembangan kawasan Cianjur hari ini yang dinilai mengalami peningkatan ekonomi yang cukup serta aspek pariwisata yang memadai.
“Kemudian juga memang salah satu yang bisa didorong itu adalah yang ke Cianjur yang jadinya di dulu kan ada, tahun 80-an itu ada jalur kereta api ke sana. Cuman kalau nggak salah pertengahan 80-an itu diberhentikan operasinya. Waktu itu juga diberhentikan operasinya karena penumpangnya sedikit, secara ekonomis tidak masuk,” tuturnya.
“Tetapi dengan perkembangan kawasan yang ada sekarang, saya kira ini dengan berpotensi. Apalagi bisa dikembangkan untuk jalur wisata misalnya,” pungkasnya. (Niko)