Friday, July 11, 2025
HomeSTARTUPHealthyMasalah Kesehatan Mental Gen-Z di Era VUCA, Bagaimana Menghadapinya?

Masalah Kesehatan Mental Gen-Z di Era VUCA, Bagaimana Menghadapinya?

Masalah Kesehatan Mental Gen-Z di Era VUCA, Bagaimana Menghadapinya?

SURABAYA, nawacita – Kesehatan Mental di era VUCA menjadi topic viral akhir-akhir ini di berbagai kalangan dan profesi. Topik ini menjadi tema utama Webinar bertajuk ‘Menjaga Kesehatan Mental di Era VUCA’ yang digelar TRA kerjasama dengan Gama Multi Sarada, Ikatan Alumni MM Universitas Paramadina dan Stikosa AWS Surabaya.

Seperti diketahui, Era VUCA adalah era yang ditandai dengan perubahan yang cepat dan sulit diprediksi. VUCA merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity. Masyarakat dihadapkan dengan berbagai macam perubahan, hal yang rumit, dan memiliki banyak arti. Baik itu di dunia Bisnis, pendidikan dan kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Sehingga muncul kekuatiran sulitkan mencari kerja di Dunia yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas ini.

David Chalik, salah satu Speaker diskusi tersebut mengatakan era VUCA ini menjadi tantangan besar di tengah-tengah seluruh aspek kehidupan. Tidak terkecuali bagi pekerja usia produktif yang perlu menjaga kesehatan mental. “Kajian ini membahas dampak VUCA apakah satu-satunya penyebab masalah mental dari perspektif islam. Diharapkan pekerja dapat memahami dengan lebih tenang dan tetap produktif,” jelas David Chalik, Sabtu 22/3/2025.

- Advertisement -PODCAST KOPINAWA

Chalik juga menyebut ada sejumlah hal penyebab munculnya problem Kesehatan Mental. Pertama adalah tekanan ekonomi seperti kenaikan biaya hidup dan PHK yang mendadak. Kemudian Tuntutan kerja yang cukup tinggi seperti target yang sulit dicapai dan perubahan kebijakan cepat sehingga dianggap memperburuk kondisi. “Ditambah kurangnya dukungan sosial di lingkungan kerja maupun keluarga serta jauh dari nilai spiritual atau religious, itu juga berkontribusi,” sebutnya.

 Bagaimanapun Kesehatan Mental juga perlu dicarikan solusi diantaranya dari perspektif Islam. Seperti peningkatan keimanan serta yakin bahwa rezeki telah diatur oleh Allah SWT. “Bisa juga mengatasi stres itu dengan meningkatkan ibadah serta zikir agar tercipta ketenangan hati,” sarannya.

Sementara itu, akademisi dari STIKOSA AWS Dr Jokhanan Kristiyono ST M.MEd.Kom mengungkapkan data terbaru tantangan yang dihadapi Generasi Z dalam memasuki atau bertahan di dunia kerja. Diketahui untuk urusan kesenjangan keterampilan (Skill Gap) terdapat 65% Gen Z kurang memiliki keterampilan teknis yang dibutuhkan. Kemudian 72% GenZ kurang memiliki keterampilan komunikasi yang efektif. “68 persen manajer perusahaan mengeluhkan kemampuan Gen Z dalam bekerja secara tim,” urai Jokhanan.

Selain itu, problem VUCA pada GenZ juga berkaitan dengan ekspektasi gaji dengan karir saat bekerja. Rata-rata ekspektasi gaji gen Z lebih tinggi daripada yang ditawarkan perusahaan entry level. Sehingga seringkali Gen Z merasa gaji mereka tidak sesuai dengan beban kerja yang diberikan. “Data kami menyebutkan 80% Gen Z mengharapkan promosi jabatan dalam 1-2 tahun pertama kerja, tapi hanya 30% yang mencapainya, sisanya tentu akan menimbulkan kurang semangat dalam bekerja,” paparnya sembari menyebutkan bahwa 50% perusahaan melaporkan bahwa GenZ terlalu bergantung pada teknologi.

Namun tidak bisa dihindari. Bahwa VUCA memaksa perusahaan untuk lebih gesit, inovatif, dan responsif terhadap perubahan. “VUCA menuntut individu untuk mengembangkan keterampilan seperti critical thinking, problem-solving, dan emotional intelligence agar dapat bertahan dan berkembang ditengah tantangan-tantangan,” pungkasnya. 

Webinar tentang Kesehatan Mental yang diprakarsai TRA Indonesia ini cukup menarik karena langsung mendapat respons positif dari 70-an lebih mahasiswa Jawa Timur dan Indonesia yang akan masuk di dunia kerja. Sejumlah narasumber (speakers) webinar tersebut juga memberikan paparan yang komprehensif terkait tantangan dan solusi menghadapi era VUCA ini. Sejumlah speakers yang ikut hadir memberikan paparan di webinar tersebut antara lain Psikolog Ananda Ikhwan Muttaqin M.Psi, Psikolog Boy Bhayangkara Poospo S.Psi, Dosen Stikosa AWS Dr Jokhanan Kristiyono dan Moderator Yunita Indinabila M.Ikom. (*)

 

Riko Abdiono
Riko Abdionohttp://rikolennon24.blogspot.com
Penulis adalah Jurnalis sejak 2004 di Harian Surabaya Pagi
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

BEras Surabaya
- Advertisment -

Terbaru