Surabaya, Nawacita – Fenomena para Generasi Z yang kesulitan mencari pekerjaan kini menjadi perbincangan hangat.
Namun, pada keadaan lain perusahaan BUMN hingga swasta, mereka cenderung sulit mempercayai cara bekerja dari golongan umur rentan usia Generasi Z.
Fenomena ini dipandang tidak adil oleh sebagian kalangan termasuk Generasi Z sendiri, hingga menimbulkan era VUCA.
Era VUCA sendiri adalah singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity.
Di dalam bahasa Indonesia dan mengacu pada dunia bisnis, arti VUCA merupakan situasi atau kondisi lingkungan bisnis yang tengah mengalami gejolak atau volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, serta ambiguitas.
Hal tersebut, menjadikan Ikatan alumni Magister management Paramadina mengadakan Webinar bertajuk ‘Menjaga Kesehatan Mental di Era VUCA’.
Kegiatan tersebut dibuka oleh David Chalik, dengan pemateri dari bidang pakar hingga psikolog.
Dosen dan Peneliti, Jokhanan Kristiono menyebut ada beberapa hasil penelitian bahwa Generasi Z cenderung tidak dapat bekerja secara berkelompok.
Baca Juga: Workshop Kreatif: Siswa SMA/SMK Belajar Membuat Konten di Museum Dr. Soetomo
“Gen Z dipandang lebih suka bekerja secara individu dan mereka terkesan tidak ingin bekerja dengan jabatan rendah dan gaji kecil,” katanya, Sabtu (22/3/2025).
Hal tersebut menimbulkan bahwa para perusahan menjadi trust issue dengan perekrutan Generasi Z, yang dipandang tidak profesional dalam bekerja.
“Namun kenyataannya tidak semua Gen Z memiliki sifat seperti itu, banyak juga generasi milenial yang mengalami gep atau kontra dengan perusahaan. Hal tersebut permasalahannya ada pada komunikasi,” jelas Jokhanat.
Psikolog Klinik Dewasa, Ananda Ikhwan Muttaqin menyampaikan untuk mengatasi hal tersebut, Gen Z harus mencoba untuk keluar dari zona nyaman. Agar proses untuk membangun karier di dunia kerja memang membutuhkan interaksi, ilmu dasar, dan terpenting adalah adaptasi.
“Karena adaptasi merupakan komponen penting dalam kesehatan mental,” jelasnya.
Sementara Ahli Psikolog, Boy Bayangkara menegaskan bahwa Gen Z mengalami gejala depresi, dan mengganggu aktifitas pekerjaan, segera untuk melakukan konseling.
“Yang paling terlihat adalah seseorang yang memiliki gejala hipersomnia, gejala ini biasanya penderita sering capek, ngantuk tak tertahan walaupun sudah tidur cukup. Dan biasanya disebut dengan long last Energy,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Boy menegaskan kesehatan mental tidak hanya menyerang Gen Z saja, melainkan bisa juga terjadi oleh Gen Milenial.
“Dengan mengatasi kesehatan mental, produktifitas dalam aktifitas pekerjaan akan berjalan dengan lancar,” jelasnya.
Reporter : Alus Tri