Pengamat Soroti Efisiensi Anggaran di Jabar: Harus Ada Multiplier Effect!
Bandung, Nawacita – Pengamat Ekonomi Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi menyatakan bahwa efisiensi anggaran Jawa Barat 2025 akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Hal itu dikarenakan volume belanja fiskal pemerintah yang menurun akibat efisiensi anggaran Jawa Barat 2025 yang ditargetkan hingga Rp4 triliun.
“Sepertinya sih ada dampak ya, terutama akibat turunnya volume belanja fiskal pemerintah provinsi,” ungkap Acuviarta saat dihubungi Nawacita.co, Sabtu (8/2/2025).
Terlebih, angka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2024 mengalami penurunan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat pertumbuhan perekonomian Jabar tahun 2024 berada di angka 4,95 persen. Angka tersebut menunjukkan perlambatan dibandingkan capaian tahun 2023 di angka 5,00 persen.
Angka itu menunjukkan bahwa angka perekonomian Jawa Barat masih kalah dibandingkan dengan capaian nasional di angka 5,03 persen. Juga tidak menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai target perencanaan di angka 5,67 persen seperti yang dicantumkan dalam dokumen RDP 2024.
Menurut Acuviarta, hal tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi di beberapa sektor yang tidak sesuai prediksi seperti sektor investasi dan perdagangan.
“Jadi ada beberapa sektor yang menurut saya tidak sesuai dengan prediksi kita. Yang kita harapkan investasi bisa lebih tinggi dari saat ini tumbuhnya, begitu juga surplus perdagangan luar negeri,” jelasnya.
Angka Ekonomi Jawa Barat Masih Tidak Sesuai Target
Menurut catatan BPS Jabar sendiri, ekonomi Jawa Barat masih terus bertumbuh dengan kontribusi dari sektor industri dan lapangan usaha.
Kontribusi dari sektor industri sendiri berada di angka 41,39 persen dan lapangan usaha berupa transportasi dan pergudangan di angka 12,34 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh 12,09 persen.
Namun, kata Acuviarta, angka-angka tersebut belum sesuai dengan harapan dan target yang sudah ditentukan.
Ia menyebut, hal itu disebabkan oleh faktor ekonomi global yang melambat pada tahun 2024, sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di tahun tersebut.
“Dari sisi lapangan usaha, sektor industri kita harapkan bisa lebih tinggi. Nah, ini yang kemudian tidak sesuai dengan prediksi kita begitu juga sektor sektor penopang yang lain, misal sektor jasa akomodasi dan makan minum kemudian sektor transportasi dan pergudangan. Itu sektor sektor yang kita harapkan bisa tumbuh lebih cepat tahun kemarin, tetapi saya kira tidak sesuai dengan harapan,” paparnya.
“Ditambah juga faktor global, memang kondisi perekonomian global itu melambat pasti tahun 2024 sehingga kondisi tersebut memang secara relatif mempengaruhi kondisi ekonomi Jawa Barat,” tambah Acuviarta.
Multiplier Effect dari Efisiensi Anggaran untuk Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Akibat turunnya angka ekonomi di Jawa Barat ditambah dengan adanya efisiensi anggaran Jawa Barat 2025, Acuviarta berharap multiplier effect dari kebijakan tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat ke depannya. Khususnya, dari sisi program berbasis infrastruktur dan pembangunan.
“Saya harap ada multiplier effect terhadap pertumbuhan. Dari situ meskipun anggaran fiskalnya secara volume menurun sekitar lima triliunan itu kan. Kemudian dari belanja modal akan lebih besar dari pertumbuhannya dibandingkan dengan belanja pegawai atau belanja konsumtif,” jelasnya.
Ia memprediksi, kenaikan ekonomi Jawa Barat di tahun 2025 akan tetap bertumbuh sekitar 5 persen sampai 5,05 persen walaupun efisiensi anggaran tetap dilakukan. Sebab, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih bisa tertopang dengan ada berbagai momentum seperti bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri bulan Maret mendatang.
“Ya saya kira mungkin bisa di atas 5 persen sampai 5,05 persen, karena ditopang juga bulan puasa dan Idul Fitri. Itu yang paling utama, bulan puasa dan Idul Fitri, ditambah belanja pemerintah di awal tahun ini sudah lebih cepat realisasinya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Catatan Penting Bagi Pemerintah untuk Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Acuviarta juga menyoroti terkait dukungan terhadap beberapa wilayah yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat seperti pengembangan kawasan industri dan aglomerasi kawasan Rebana.
“Yang pertama menurut saya dukungan kewilayahan, daerah daerah yang menjadi basis pertumbuhan. Saya kira di luar perkiraan. Saya ambil contoh misalkan terkait industri, Bekasi, Bogor, Karawang itu harusnya bisa tumbuh lebih cepat ternyata tidak terlalu cepat tumbuhnya. Tumbuh tetapi tidak cepat,” terangnya.
Selain kewilayahan, ia juga menyoroti terkait dukungan terhadap infrastruktur yang berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi Jawa Barat seperti pelabuhan, bandara dan infrastruktur yang memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi lainnya.
“Kemudian prediksi kita berkaitan dengan keberadaan beberapa infrastruktur baru, misalkan seperti kereta cepat, kemudian BIJB Kertajati termasuk Patimban itu daya dukungnya masih sangat lambat, karena kita harapkan sumber pertumbuhan dari situ,” jelasnya.
“Termasuk lambatnya pengembangan kawasan rebana karena kan itu bisa jadi pusat pertumbuhan, maka perlu dievaluasi skenario terkait perluasan pengembangan rebana termasuk optimalisasi bandara dan infrastruktur yang lain, Patimban dan yang lainnya,” pungkas Acuviarta.
Reporter : Niko