BANDUNG, NAWACITA.co – Menjelang perayaan Imlek, berbagai makanan tradisional China mulai diserbu masyarakat. Salah satu makanan tradisional China banyak diserbu jelang Imlek adalah Dodol China atau kerap dikenal dengan Kue Keranjang.
Seperti di Kota Bandung, penjual Dodol China atau dikenal dengan Nian Gao dalam bahasa China mulai meningkat sepekan sebelum perayaan Imlek.
Salah satunya seperti di Toko Tek Kie TQ yang merupakan sentra pembuatan sekaligus penjualan Dodol China yang cukup terkenal di Kota Bandung. Sepekan menjelang Imlek, Tek Kie TQ mulai banjir orderan Dodol Chin dan mampu memproduksi dodol sampai 2000 pcs per hari.
“Sehari kita bisa produksi 100 sampe 2000 pcs. Dihitung meningkat karena kita kan mulai bikin sebulan sebelum Imlek itu biasanya sehari 500 pcs dulu, nanti lama-lama naik sampe kita produksi 2000 pcs biasanya menjelang Imlek,” ujar Vincent, pemilik Tek Kie TQ saat ditemui Nawacita, Senin (20/01/2025).
Vincent menyebut, selain banyak dipesan masyarakat lokal Bandung dan Jawa Barat, orderan Dodol China tersebut juga banyak dikirim ke sekitar wilayah Jawa.
“Kalau pengiriman kita banyak di sekitar Jawa sih,” kata Vincent.
Untuk wilayah lokal Bandung, peminatnya juga bukan hanya masyarakat Tiong Hoa namun juga banyak diminati masyarakat umum.
“Memang dodol ini makanna tradisional khas imlek, tapi peminatnya kalau untuk pembeli sekarang sih udah mulai umum ya masyarakat biasa juga udah mulai beli jadi bukan masyarakat Tiong hoa ajah,” tuturnya.
Pembuatan Dodol Cina Butuh 27 Jam
Proses pembuatan Dodol China sendiri hampir sama dengan proses pembuatan dodol pada umumnya. Hanya saja, berbeda pada cara mengukus. Jika dodol biasa harus dikukus dulu sebelum dimasukkan ke cetakan, Dodol China justru sebaliknya. Ia harus dicetak dulu sebelum dimasukkan kepada oven atau dikukus.
“Kalau proses pembuatan sendri kita biasanya di oven itu bisa 24 jam. Pertama itu kita campurin gula sama teouhg ketan, abis itu masukin ke cetakan, abis itu Kuta masukin ke oven dikukus selama 24 jam lalu dikeluarin dan dipacking. Keseluruhan proses pembuatan sih bisa sampe 27 jam,” tutur Vincent.
“Kalo perbedaan dari dodol yang lain dari prosesnya sih, kalo dodol yang lain kan di kukus dulu baru dimasukin cetakan, kalo kita dimasukin cetakan dulu baru dikukus. Sama dari campuran campuran bahannya aja sih beda,” tambahnya.
Hal yang cukup menarik dari Dodol China produksi Tek Kie TQ sendiri adalah rasa khas tradisional Dodol China yang masih dipertahankan. Vincent mengaku, dirinya masih menggunakan resep tradisional dari leluhurnya.

“Kalau untuk yang menarik sendiri itu mungkin dari rasa ya, rasa nya kita tetap pertahanin dari dulu, jadi kita masih pake resep tradisional resep leluhur,” ungkap Vincent.
Hanya dengan merogoh kocek mulai dari Rp 20.000 pembeli sudah bisa menikmati Dodol China untuk dibawa pulang saya perayaan Imlek.
Selain harganya yang cukup murah, pembeli juga bisa memilih berbagai ukuran dodol yang diinginkan. Dari mulai ukuran kecil, sedang sampai besar.
Selain menyediakan berbagai ukuran, Vincent mengatakan, tokonya juga menyediakan dodol dengan berbagai varian rasa seperti original dan pandan.
“Kita biasa bikin tuh ada yang pandan, original sama kuitjo. Tapi yang masih banyak diminati sih yang original,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Dodol China sendiri merupakan makanan tradisional khas China yang cukup ikonik setiap perayaan Imlek. Pasalnya dodol tersebut bukan hanya makanan tradisional biasa, namun juga memiliki makna filosofis tersendiri.
Dalam kepercayaan masyarakat Tiong Hoa, Dodol China dipercaya sebagai lambang keberuntungan, keharmonisan dan keuletan. Dodol China sendiri bukan hanya sebagai makanan tradisional saat Imlek namun terkadang juga dipakai untuk prosesi sembahyang masyarakat Tiong Hoa.
(niko)