Kementerian ESDM Upayakan Solusi Pengganti LPG, Bagaimana Caranya?
JAKARTA, Nawacita – Kementerian ESDM Upayakan Solusi Pengganti LPG, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengupayakan untuk merealisasikan proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether/DME sebagai pengganti Liquified Petroleum Gas (LPG).
Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam menekan impor LPG. Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung mengungkapkan bahwa proyek ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada impor LPG sekaligus memanfaatkan cadangan batu bara dalam negeri secara optimal.
Menurut, Yuliot ketersediaan LPG di Indonesia sebagian besar masih bergantung pada impor. Oleh sebab itu, pemerintah berharap solusi dari kebutuhan LPG dapat diperoleh melalui hilirisasi batu bara.
“Justru ini kita mengharapkan keputusannya adalah dari hilirisasi dari hilirisasi, jadi kita memiliki cadangan batu bara yang cukup banyak yang bisa diolah untuk menjadi gas dan juga di berbagai negara itu sudah diimplementasikan,” kata Yuliot ditemui di Ternate, dikutip Kamis (31/10/2024).
Baca Juga:Â KPPU Dorong Optimalisasi Jargas Guna Menekan Anggaran Subsidi LPG 3 kg
Selain itu, Yuliot juga menyoroti pentingnya pengembangan sumur minyak dan gas domestik agar ketersediaan energi dalam negeri lebih terjamin di masa depan.
“Untuk ke depan ya tentu kita melihat kebijakan kebijakan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah itu adalah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ya termasuk bagaimana proses hilirisasi yang sudah saya sampaikan tadi,” katanya.
.
Selain DME, pemerintah sejatinya juga mempunyai beberapa program sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) yang selama ini diimpor. Salah satunya melalui pengembangan jaringan gas kota (jargas).
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pemerintah tengah berupaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap LPG. Misalnya dengan memperluas jaringan gas rumah tangga (jargas) seperti di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).
Bahlil mengungkapkan bahwa KITB didesain memiliki keunggulan dibanding kawasan industri lain, salah satunya jaringan gas yang terhubung langsung ke sumber gas.
“Nah gas ini bisa masuk langsung dengan harga terjangkau kalau ada pipa dari sumber gasnya,” kata Bahlil dikutip Selasa (1/10/2024).
Menurut dia, gas tersebut dipasok dari lapangan Jambangan Tiung Biru (JTB) Jawa Timur yang nantinya akan memenuhi kebutuhan di wilayah Batang, Cirebon, dan Semarang.
Di samping itu, keberadaan jargas ini tak hanya untuk memenuhi kebutuhan industri di KITB, tetapi juga untuk dapat dimanfaatkan untuk rumah tangga.
“Kalau dengan jargas ini terjadi, harganya jauh lebih murah dari LPG dan tidak ada lagi orang katakan kita susah gas, LPG 3 kg naik harga, ini pemerintah lagi desain gimana caranya agar saluran-saluran pipa ini bisa sampai ke rumah tangga,” kata dia.
cnbnws.