Friday, September 20, 2024
HomeSTARTUPLifeStyleRabu Wekasan: Sejarah, Makna, dan Tradisi yang Masih Lestari

Rabu Wekasan: Sejarah, Makna, dan Tradisi yang Masih Lestari

Rabu Wekasan: Sejarah, Makna, dan Tradisi yang Masih Lestari

Jakarta, Nawacita | Rabu Wekasan dipercaya sebagai hari paling sial sepanjang tahun. Sebenarnya apa itu Rabu Wekasan? Rabu Wekasan adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura. Ini juga disebut dengan Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan.

Rabu Wekasan merupakan hari Rabu terakhir di bulan Safar. Safar sendiri merupakan bukan kedua dalam kalender Hijriah.

Tahun ini, berdasarkan kalender Hijriah yang dirilis Kementerian Agama, Rabu Wekasan jatuh pada hari ini, Rabu (4/9/2024).

Berikut ini penjelasan tentang apa itu Rabu Wekasan, makna, sejarah, dan tradisinya.

Makna Rabu Wekasan

Apa itu Rabu Wekasan? Dilansir situs Desa Suci Kabupaten Gresik, Rebo artinya nama hari dalam bahasa Jawa, yaitu Rabu dalam bahasa Indonesia, sedangkan Wekasan adalah bahasa Jawa yang artinya pungkasan atau akhir.

Tradisi kirab Air Salamun saat Rabu Wekasan di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Selasa (3/9/2024).

Jadi, Rabu Wekasan secara bahasa adalah hari Rabu Terakhir. Namun, sebagai sebuah istilah tradisi, Rabu Wekasan adalah tradisi budaya yang diadakan di hari Rabu Terakhir dari Bulan Safar, yaitu bulan kedua dari 12 bulan penanggalan Hijriyah.

Rebo Wekasan dianggap sebagai hari datangnya sumber penyakit dan marabahaya. Rata-rata, upacara yang dilaksanakan pada Rabu Wekasan adalah bersifat tolak bala. Tradisi ini merupakan perpaduan nilai-nilai agama Islam dengan tradisi Jawa.

Sejarah Rabu Wekasan

Sejarah Rebo Wekasan berawal dari masa penyebaran Islam di Indonesia. Masyarakat Jawa meyakini hari Rabu terakhir pada Bulan Safar merupakan hari naas dari kepercayaan lama kaum Yahudi.

Lalu, di Bulan Safar pada 1602, beredar kabar rencana penjajahan Belanda di Jawa. Masyarakat kemudian melaksanakan serangkaian ritual menolak kedatangan penjajah tersebut. Ritual tersebut berkembang menjadi tradisi Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan.

Selain itu, Rabu Wekasan berhubungan erat dengan penyebaran agama Islam di Indonesia. Abdul Hamid Quds berpendapat bahwa terdapat 32.000 bala yang diturunkan Allah ke bumi pada hari Rabu terakhir setiap tahun di Bulan Safar.

Baca Juga: Sejarah Bantengan, Kesenian Tradisional Asal Malang Sejak Zaman Kerajaan Singasari

Wali Songo berperan dalam mengembangkan tradisi ini. Menurut kepercayaan masyarakat Desa Suci, Kabupaten Gresik. Sunan Giri memberikan petunjuk sumber air ketika kekeringan dan berpesan untuk mengadakan upacara adat Rabu Wekasan

Tradisi Rabu Wekasan

Tradisi budaya Rebo Wekasan ini adalah hari yang tidak tergantung pada hari pasaran dan neptu untuk melakukan suatu upacara adat di Jawa.

Akar tradisi Rabu Wekasan berasal dari kepercayaan masyarakat yang menganggap bahwa bulan Safar adalah bulan yang penuh kesialan. Padahal, dalam Islam, sejatinya tidak ada hari maupun bulan yang membawa kesialan atau keberuntungan.

Tradisi ini dipercaya kuat di tengah budaya Sunda dan Jawa. Berbagai amalan dianjurkan dilakukan pada hari ini. Kegiatan yang dilakukan biasanya terdiri dari berdoa, salat sunah, dan bersedekah.

Rebo Wekasan merupakan wujud Akulturasi Budaya Jawa (Islam dan Jawa). Daerah yang mengenal dan melakukan tradisi ini mayoritas adalah daerah pesisiran yang dikenal lebih dulu, kuat, dan kosmopolit keislamannya dibanding daerah pedalaman Jawa. cnn

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

jconnect
- Advertisment -

Terbaru