Harga Beras Naik, Pedagang Nasi Tercekik
Surabaya, Nawacita – Kenaikan harga beras yang kian hari melonjak tidak hanya berimbas pada warga menengah ke bawah. Hal ini juga ikut dirasakan dampaknya oleh para pedagang nasi.
Contohnya yang dirasakan oleh Idah. “Biasanya saya beli beras 5 sak (125 kg) itu Rp 1.450.000. Sekarang naik 200 ribuan menjadi Rp 1.615.000,” tutur pemilik warung makan bahari di daerah Semolowaru. Ida merasa kesulitan mengontrol operasional usahanya akibat kenaikan harga beras. “Aturan biaya sekianuntukdisimpan, itudialihkan buat beli beras,” ujarnya.
Idah merasa gelisah menghadapi situasi seperti ini. Dirinya merasa seperti diberi pilihan keuntungan sedikit atau kehilanggan pelanggan. “Porsi nasi seperti biasa. Saya tidak berani menaikkan harga, nanti katanya kemahalan. Takutnya pembeli pada kabur, apalagi pelanggan saya ini kebanyakan pekerja dan mahasiswa,” ucap perempuan asal Tegal ini.

“Saya olah berasnya sedemikian biar nasinya mekar dan banyak. Bukannya gak rugi, ada untungnya tetapi sedikit. Ya sebisa saya bagaimana untuk bertahan,” ujarnya menjelaskan cara Idah untuk mengatasi situasi rumit yang dialami usaha warung makannya.
Tidak jauh berbeda, Ica juga merasakan imbas dari kenaikan harga beras. Penjual ayam geprek ini mengaku bingung dan kuwalahan menghadapi operasional usahanya yang membengkak.
“Saya bisanya beli beras di pasar tradisional Gotong Royong. Dulu saya beli 280 ribu per 25 kilo itu sudah paling bagus. Lah kok sekarang harga 290 ribu per 25 kilo itu kualitas yang paling jelek. Berasnya campur dan tidak utuh bentuknya, pecah-pecah,” tuturnya.
Ica merasa keberatan dengan kenaikan harga beras yang melejit. Tidak tanggung tanggung, kenaikan beras untuk berat 25 kilo itu bisa selisih berpuluh-puluh ribu. “Saya pernah beli, di pagi hari itu harga masih 300 ribu, lah kok pas siang saya beli lagi harganya sudah naik 320 ribu per 25 kg,”
Baca Juga: Harga Beras Melejit di Pasar dan Agen Beras Surabaya
Sama seperti Idah, melihat pasar usahanya adalah anak kos pekerja dan mahasiswa, Ica memilih untuk mengurangi sedikit porsi nasi. “Ya, saya gak naikkan harga, tapi kurangi porsi. Kalau naikkan harga gak bisa, apalagi harga cuma 7 ribu per porsi. Gak teka kalau naikkan harga, nanti anak-anak pada lari semua. Untung sih untung tetapi untungnya sangat sedikit,” tandas Ica.
Ica menuturkan sempat mengganti kualitas beras namun dikomplain oleh pelanggan. “Waktu itu pernah beli beras yang jelek. Itu ada yang ngeluh mengapa berasnya jelek, nasinya gak enak. Bukan item berasnya, tetapi kuning. Terus banyak padinya. Akhirnya ya saya kembali beli beras yang biasanya meskipun mahal,” tutur perempuan asli Surabaya itu.
Ica berharap pemerintah segera lakukan operasi pasar. “Semoga segera turun. Pusing pedagang ini. Ya biasanya kan kalau harganya mahal, langsung sidak kan. Semoga segera sidak biar harganya kembali stabil,” harapnya.
(nh)