JAKARTA, Nawacita – Sri Lanka saat ini tengah menghadapi kebangkrutan. Hal ini terjadi setelah negara tersebut tengah dilanda krisis ekonomi akibat COVID-19 yang berlarut-larut. Diketahui, Sri Lanka gagal bayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau Rp 729 triliun (kurs Rp 14.300). Di tengah krisis negaranya, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa menjadi perhatian publik, tak terkecuali total kekayaan yang dimilikinya.
Masyarakat Sri Lanka menyoroti jumlah harta presidennya di tengah kondisi keuangan negara yang mengkhawatirkan. Dikutip dari Aljazeera, Jumat (22/4/2022), ada desas-desus harta kekayaan keluarga Rajapaksa mencapai US$18 miliar atau lebih dari Rp 257 triliun (kurs 14.300).
Di kalangan masyarakat, Rajapaksa sudah dikenal sebagai keluarga yang menguasai politik di Sri Lanka. Kakak tertuanya bernama Mahinda Rajapaksa merupakan sosok ketua kelompok yang karismatik dan menjabat sebagai perdana menteri saat ini. Ia juga sebelumnya memegang jabatan pada 2004 dan kemudian menjadi presiden Sri Lanka dari 2005 hingga 2015.
Baca Juga: Sri Lanka Kejebak Utang China? Pemerintah Desak Warga Rantauan Kirim Uang
Dikutip dari laman France24, Mahinda dipuja oleh mayoritas Sinhala-Buddha di sana, karena mampu menumpas pemberontak separatis Tamil pada Mei 2009, hingga menyusul serangan militer brutal yang mengakhiri perang saudara selama puluhan tahun.
Gotabaya Rajapaksa juga adalah sosok letnan utama Mahinda, selama menjabat sebagai kepala negara. Dirinya memegang jabatan penting, sebagai sekretaris kementerian pertahanan. Gotabaya juga dijuluki “The Terminator” oleh keluarganya sendiri, karena dirinya ditakuti oleh musuh.
Gotabaya Rajapaksa Mengakui Kesalahannya
Presiden Sri Lanka itu mengakui bahwa Ia telah membuat kesalahan, yang menyebabkan krisis ekonomi terburuk di negara yang dipimpinnya itu. Dalam beberapa dekade, Ia berjanji untuk memperbaikinya.
Gelombang protes juga mewarnai krisis Sri Lanka yang meminta pemerintah mundur. Kekurangan makanan dan bahan bakar parah, serta pemadaman listrik yang panjang membawa penderitaan kepada 22 juta orang di negara itu.
dtknws.