RIYADH, Nawacita – Aparat keamanan Kerajaan Arab Saudi menangkap tiga anggota senior keluarga kerajaan. Dua di antaranya yang ditangkap adalah adik Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud; Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan mantan putra mahkota; Mohammed bin Nayef.
Bangsawan ketiga yang ditangkap adalah saudara laki-laki Muhammad bin Nayef; Pangeran Nawaf bin Nayef. New York Times dalam laporannya, Sabtu (7/3/2020), menyebut penangkapan ketiga bangsawan senior Arab Saudi ini atas perintah Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS).
Laporan lain dari Wall Street Journal yang bersumber dari orang-orang Saudi yang memiliki koneksi dengan kerajaan mengatakan pada Jumat pagi kemarin, aparat dari pengadilan Kerajaan Saudi mengenakan penutup wajah dan berpakaian hitam tiba di rumah Mohammed bin Nayef dan saudaranya. Aparat menggeledah rumah kedua bangsawan itu sebelum akhirnya membawa keduanya pergi.
Baca Juga: Raja Salman Jamu Rabi Israel di Istana Arab Saudi
Belum jelas alasan penangkapan ketiga bangsawan senior tersebut. Pemerintah Arab Saudi juga tidak mengumumkan penangkapan dan hingga saat ini belum mengkonfirmasi penangkapan mereka. Mohammed bin Nayef dan Pangeran Ahmed menjadi sosok bangsawan terkenal di lingkungan kerajaan. Siapa mereka? kami mengulas singkat profil mantan putra mahkota dan adik Raja Salman tersebut.
Mohammed bin Nayef
Mohammed bin Nayef, 60, secara mengejutkan dicopot dari statusnya sebagai Putra Mahkota atau calon raja Arab Saudi dalam sebuah perombakan kabinet tahun 2017 lalu. Padahal, dia pangeran yang disegani CIA atas perannya dalam perang melawan terorisme dan merupakan didikan FBI Amerika Serikat (AS).
Mohammed bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud adalah keponakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, penguasa Saudi saat ini. Posisinya sebagai Putra Mahkota digantikan oleh sepupunya, Mohammed bin Salman, yang tidak lain adalah putra Raja Salman.
Penyebab perombakan kabinet pada 21 Juni 2017 yang membuat Mohammed bin Nayef tersingkir masih misterius. Tak hanya dicopot dari posisinya sebagai Putra Mahkota, sosok “Pangeran Kontra-Terorisme” ini juga dibebaskan dari semua perannya, termasuk sebagai Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri.
”Saya puas,” ucap Pangeran Mohammed bin Nayef tentang penunjukan sepupunya sebagai pengganti posisinya kala itu. ”Saya akan beristirahat sekarang, semoga Tuhan membantu Anda,” katanya lagi, seperti dikutip Al Jazeera.
Mohammed bin Nayef memiliki pengalaman dalam pekerjaan intelijen selama bertahun-tahun. Julukan sebagai “Pangeran Kontra-Terorisme” melekat padanya karena dia telah memainkan peran penting dalam kebijakan keamanan internal Saudi. Sosoknya juga dikenal sebagai pemimpin paling pro-Amerika di antara kepemimpinan Saudi. Dia menjadi sosok utama dalam pertempuran melawan al-Qaeda.
Dia bersekolah di AS, yakni kuliah di Lewis & Clark College di Portland, Oregon. Pada akhir 1980-an, Mohammed bin Nayef belajar di Biro Investigasi Federal (FBI) sebelum menggantikan posisi ayahnya di Kementerian Dalam Negeri. Dia juga mengikuti kursus “anti-terorisme” di Scotland Yard Unit.
Sebelum serangan 11 September di AS, Mohammed bin Nayef telah mengembangkan hubungan dengan pejabat AS sebagai tokoh yang dihormati dalam “perang melawan terorisme”.
Dia memimpin sebuah tindakan keras terhadap al-Qaeda di Arab Saudi antara tahun 2003 dan 2007. Badan Intelijen Pusat AS (CIA) menganggap Mohammed bin Nayef sebagai kunci untuk mengalahkan al-Qaeda. George Tenet, mantan direktur CIA, menggambarkan Mohammed bin Nayef sebagai ”lawan bicaranya yang paling penting”.