Surabaya, Nawacita– Pemerintah Pusat sudah mengumummkan pendudukan yang terkena virus corona. Walaupun corona belum ditemukan di Surabaya, namun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya terus melakukan pemantauan bagi warga yang datang dari Negara terjangkit virus tersebut.
Pemantauan ini dilakukan langsung ke rumah warga sebagai langkah dalam kesiapsiagaan menghadapi dan mengantisipasi penyebaran virus tersebut.
Febria Rachmanita selaku kepala Dinkes Surabaya menandaskan telah mengambil berbagai upaya dalam kesiapsiagaan dan mengantisipasi penyebaran convid-19. Salah satunya dengan melakukan pemantauan bagi warga yang datang dari Negara terjangkit.
“Kita lakukan pemantauan kelompok orang beresiko selama 2 kali masa inkubasi (14 hari) bagi warga yang datang setelah bepergian ke negara terjangkit,” kata Feny sapaan lekat Febria Rachmanita, Senin (2/3).
Feny menjelaskan, ada beberapa mekanisme pemantauan yang dilakukan untuk mengantisipasi virus corona di Surabaya. Yakni, melakukan penapisan bagi penumpang yang datang dari negara terjangkit oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dengan thermal scanner untuk mencari yang sakit demam tinggi.
“Jika ditemukan penumpang dengan demam tinggi, maka akan dilakukan pemeriksaan lanjutan di pos kesehatan KKP di bandara atau pelabuhan laut. Apabila ditemukan gejala COVID-19 (Virus Corona), akan ditindaklanjuti oleh KKP sesuai SOP,” jelasnya.
Namun demikian, kata Feny, apabila penumpang tersebut tidak ada gejala demam tinggi, maka akan diberi Health Alert Card (HAC) dan pesan. Jika dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah kedatangan timbul gejala pneumonia (demam, batuk, nyeri tenggorokan dan sesak nafas) diimbau agar segera berobat ke fasilitas kesehatan dan menunjukkan HAC tersebut.
“Data penumpang yang datang dari negara terjangkit dan mendapat HAC akan dikirim oleh KKP ke Dinas Kesehatan Provinsi sebagai notifikasi, yang selanjutnya Dinkes Provinsi akan meneruskan notifikasi tersebut ke Dinkes Kabupaten atau Kota di mana penumpang tersebut tinggal atau domisili,” katanya.
Dari notifikasi yang diterima itu, lanjut Feny, pihaknya akan meneruskan ke puskesmas sesuai tempat tinggal atau domisili penumpang untuk dilakukan pemantauan kesehatan. Pemantauan ini dilakukan dalam jangka waktu 14 hari sejak kedatangan penumpang tersebut.
“Apabila selama pemantauan (14 hari) petugas puskesmas menemukan gejala pneumonia, maka segera dilakukan rujukan ke RS (rumah sakit) yang memiliki fasilitas ruang isolasi dan dilakukan penatalaksanaan sesuai SOP,” kata Feny.
Di samping itu, Feny memastikan, Dinkes Surabaya akan memantau tenaga kesehatan yang merawat kasus COVID-19. Bahkan, jajaran di puskesmas juga memantau keluarga dari pasien COVID-19 dan petugas yang merawat.
“Apabila sampai selesainya masa pemantauan tidak dijumpai gejala COVID-19, maka dianggap bukan kasus COVID-19,” pungkasnya.
Di satu sisi Akmarawita Kadir selaku anggota komisi D menghimbau agar masyarakat Surabaya tidak panik dengan Virus Corona. Ia juga mendorong Pemkot Surabaya agar lebih memperketat keluar masuknya penerbangan asing. Maupun pelayaran yang ada di Surabaya.
“Pemkot harus perketat kedatangan turis dari luar negeri. Baik di Bandara maupun Pelabuhan internasional di Surabaya,” ucapnya saat ditemui di komisi D DPRD Surabaya.
Selain itu, dokter yang juga politisi Golkar tersebut menyarankan agar masyarakat Surabaya khususnya memakan makanan bergizi. Seperti sayur dan buah buahan.
“Selain itu selalu cuci tangan sebelum makan. Sebab virus corona bisa menular melalui media apapun. Hampir sama kayak influenza penelurannya,” pungkasnya.
(and)