Wednesday, September 11, 2024
HomeDAERAHKisah Suka Duka Manusia Silver

Kisah Suka Duka Manusia Silver

JAKARTA, NawacitaFENOMENA manusia silver mungkin sudah tak asing lagi bagi kebanyakan orang. Meski demikian, kehadirannya saat meminta sumbangan di jalan-jalan, masih tetap mencuri perhatian. Hal ini mungkin yang menjadikan aksi manusia silver terus bermunculan. Aksi meminta sumbangan tanpa bersuara, menjadi salah satu ciri khas manusia silver. Bahkan ada beberapa pelakunya yang memilih diam tak bergerak, untuk mengesankan dirinya sebuah patung demi menggerakkan hati orang-orang untuk beramal.

Sayangnya, aksi manusia silver saat ini tak lagi murni berbicara tentang amal. Banyak diantaranya yang terang-terangan melakukan kegiatan ini untuk mencari nafkah. Hal inilah yang kemudian mengurangi rasa simpati masyarakat, yang menganggap manusia silver tak ubahnya dengan pengemis.

Berubahnya stigma masyarakat tentang manusia silver, mau tak mau mempengaruhi aksi mereka saat meminta-minta sumbangan. Bahkan ada yang sampai mengira manusia silver hanyalah aksi tipu-tipu dibalik aksi kriminalitas. Setidaknya itu lah yang diungkapkan Saiful Tobing (34), salah satu manusia silver yang kerap beroperasi di wilayah Tambun, Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga: Kisah SMS Menyayat Hati Korban Kontainer 39 Mayat di Inggris

“Kadang kita kalau di pangkalan, kadang ada motor itu pengemudinya dompetnya ditaro di tengah-tengah, dikirain kita mau ngerampok. Terus kadang di perkampungan kita datang baik-baik, kadang kita dilempar dengan sandal,” ujar Saiful saat ditemui wartawan di jembatan Legenda Grandwisata, Tambun, Kabupaten Bekasi.

Walau begitu, menjadi manusia silver sudah menjadi pilihan Saiful dalam mencari nafkah. Dan pilihannya tersebut tak melulu berbicara tentang duka. Ia mengaku cukup senang karena bisa mengenal komunitas manusia silver lainnya, serta berbagi dengan rekan-rekannya yang sedang membutuhkan.

Baca Juga: Kisah Rasulullah dan Jeruk Asam yang Patut Diteladani

“Sukanya ya kita bisa berbaur sih dengan teman-teman yang lain yang datang dari luar daerah. Kita juga kan kalau di seputaran sini, kita bukan buat sendiri. Kadang ada di pangkalan dari luar kita yang mau minta sumbangan, kita turut bantu. Masalahnya terkadang mereka enggak mau dibantu. Tapi kita dalam arti kata manusia silver solidaritas, ya setiap ada yang meminta dana atau bantuan, kita turun tangan membantu,” paparnya.

Saiful mengakui pendapatannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Sang ayah yang telah pensiun, menjadikan anak kedua dari tiga bersaudara itu sebagai tulang punggung keluarga. “Abang saya sudah nikah, jadi saya yang cari uang sekarang. Ya lumayan lah buat kebutuhan sehari-hari,” ujar Saiful.

Kepada pemerintah, Saiful berharap agar nasib manusia silver seperti dirinya dan rekannya yang lain lebih diperhatikan, dan jikalau mungkin bisa diberdayakan untuk memiliki masa depan yang lebih baik. “Terus juga jangan menganggap remeh manusia silver, karena kami istilahnya lebih besar solidaritasnya di jalanan ketimbang pengamen-pengamen,” tutupnya.

oknws.

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru