Menteri PPPA Pastikan Trauma Healing Perempuan dan Anak Jadi Prioritas di Wilayah Bencana

Surabaya, Nawacita– Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menegaskan bahwa penanganan trauma bagi perempuan dan anak menjadi prioritas utama pemerintah di wilayah terdampak bencana, termasuk di Sumatera dan Aceh.

Menurut Arifah, layanan trauma healing dilakukan secara kolaboratif oleh berbagai kementerian dan lembaga guna memastikan kebutuhan spesifik perempuan dan anak terpenuhi secara cepat dan tepat. Pendampingan psikososial tersebut tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga perempuan yang mengalami trauma akibat bencana.

“Kami saling berkoordinasi agar layanan bagi perempuan dan anak di wilayah bencana bisa diberikan secara optimal,” ujar Arifah saat ditemui di agenda Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 di Provinsi Jawa Timur, pada Rabu (24/12/2025).

Baca Juga: Peringati Hari Ibu ke-97, Menteri PPPA Apresiasi Komitmen Jatim dalam Pemberdayaan Perempuan

Kementerian PPPA, lanjutnya, juga menghadirkan Posko Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA 129). Posko ini tidak hanya memberikan layanan kebutuhan spesifik, tetapi juga membantu proses reunifikasi anak yang terpisah atau kehilangan orang tua saat bencana, yang kerap meninggalkan trauma mendalam.

Selain itu, SAPA 129 berfungsi sebagai pos antisipasi dan penanganan potensi kekerasan di lokasi pengungsian. Upaya tersebut diperkuat dengan penyediaan data terpilah oleh BNPB, mencakup jumlah perempuan, anak, lansia, hingga ibu menyusui, sebagai dasar penyaluran bantuan yang lebih tepat sasaran.

Dari sisi fasilitas, pemerintah juga mendorong penyediaan tenda pengungsian berbasis keluarga serta toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan. Langkah ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kerentanan di pengungsian.

“Pemerintah terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi para korban bencana, khususnya perempuan dan anak,” pungkas Arifah. Alus