Tuesday, December 23, 2025
HomeDAERAHPemkot Surabaya Gerakkan Warga Tanam Cabai untuk Atasi Kenaikan Harga

Pemkot Surabaya Gerakkan Warga Tanam Cabai untuk Atasi Kenaikan Harga

Pemkot Surabaya Gerakkan Warga Tanam Cabai untuk Atasi Kenaikan Harga

Surabaya, Nawacita | Harga cabai kian meroket, berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, harga cabai dari petani mencapai Rp70.000/kg pada Minggu (28/7/2024) dan menurun Rp69.000/kg pada Senin (29/7/2024).

Antiek Sugiharti, Kepala Dinas ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya mengungkapkan melonjaknya harga cabai disebabkan faktor iklim, yakni kekeringan di daerah penghasil, serta adanya serangan hama hingga cabai belum siap panen karena baru saja dilakukan proses tanam.

“Untuk mengetahui, bagaimana kondisi harga, kita rutin melakukan pengecekan harga pangan di pasar,” tutur Antiek, Selasa (30/7/2024).

- Advertisement -

Baca Juga: Pemkot Surabaya dan Baznas Tebus 754 Ijazah

Kebutuhan cabai besar di Surabaya sendiri mencapai angka 270 ton per bulan serta cabe rawit 391 ton per bulan, sehingga Surabaya mengambil kebutuhan pasokan dari beberapa wilayah lainnya seperti Malang, Blitar, Kediri bahkan hingga Jawa Tengah.

Pemkot Surabaya, diwakili oleh DKPP Kota Surabaya menggandeng kelompok tani (Poktan) untuk memanfaatkan lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) untuk ditanam cabai agar dapat menambah pasokan.

“Petani yang kita dorong, ada di Made, Pakal, dan Lakarsantri. Kita juga mendorong petani urban farming yang menanam di pekarangan rumah, atau yang memanfaatkan lahan fasum/fasos itu,” terangnya.

Ia menambahkan, upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk mengikis tingginya harga cabai di pasar adalah mengatur pola tanam. Kegiatan tanam cabai ini dilakukan bersama Poktan dan petani urban farming.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Laksanakan Masa Orientasi Orang Tua Siswa Jenjang SD dan SMP

“Kita mengatur pola tanam, jadi kita sudah bisa membaca trennya pada bulan-bulan tertentu ketika harga cabai naik, biasanya menjelang hari besar atau pada musim yang cabai itu tidak bisa produksi bagus, atau adanya serangan hama,” kata dia.

Antiek berharap, warga Kota Surabaya bisa melakukan gerakan tanam cabai di rumahnya masing-masing, dengan minimal menanam pada 2 pot agar setidaknya kebutuhan pribadi tiap rumah bisa terpenuhi dan mampu mengurangi beban kebutuhan pasar.

“Itu bisa untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Kalau gerakan menanam itu minimal 2 pot, itu sudah mampu mengurangi kebutuhan pasar. Kalau kebutuhan terbesar, biasanya dari rumah makan atau restoran,” pungkasnya. (Gio)

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru