Bandung, Nawacita.co – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi berencana menambah daya tampung siswa wajib militer di pusat pendidikan TNI. Hal itu lantaran program wajib militer bagi siswa nakal di Jawa Barat yang dicanangkan olehnya berhasil menarik minat ribuan orang tua.
Dedi mengklaim bahwa program yang baru berjalan satu pekan itu sudah mengundang animo masyarakat sangat tinggi untuk menitipkan anak-anak mereka yang memiliki masalah perilaku ke pusat pendidikan yang dikelola oleh TNI.
“Orangtua ingin anaknya dibina di pusat pendidikan milik TNI karena tidak lagi mampu mengendalikan perilaku mereka,” kata Dedi di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (5/5/2025).
Ia menyebut, program ini telah berjalan dalam dua gelombang di Kabupaten Purwakarta dan Kota Bandung, dengan hasil yang dinilai positif. Menurut Dedi, banyak peserta mengalami perubahan signifikan, terutama dalam hal kebiasaan buruk.
“Anak-anak mulai berhenti merokok, berhenti minum alkohol tiap malam, dan mengurangi kecanduan game online. Banyak yang sebelumnya tidur jam 4 pagi dan bangun jam 10, jadi tidak sekolah. Ini masalah nyata,” ungkapnya.
Untuk menjawab tingginya minat tersebut, Pemprov Jabar berencana menambah kapasitas di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Saat ini, daya tampung maksimal hanya 350 peserta, sementara permintaan sudah mencapai ribuan.
“Kami ingin tambah fasilitas jadi 500 peserta. Untuk sekarang, SMP di Purwakarta menampung 39 orang, SMA di Rindam 279 orang. Tapi permintaan terus bertambah,” jelas Dedi.
Ia juga menegaskan bahwa Rindam bukan tempat pelatihan militer, melainkan pusat pelatihan karakter yang juga biasa digunakan untuk pelatihan ASN dan calon karyawan.
“Ini bukan barak militer, tapi tempat pendidikan sikap dan kedisiplinan. Anak-anak di sini belajar pola hidup yang lebih tertib,” katanya.
Usai mengikuti pendidikan karakter di barak, siswa tidak langsung kembali ke sekolah umum. Mereka akan diarahkan ke sekolah khusus yang kini sedang disiapkan di setiap kabupaten. Sekolah ini akan memiliki sistem dan guru khusus, serta dibina langsung oleh anggota TNI agar hasil pelatihan tidak hilang begitu saja.
“Sekolah khusus ini akan menjaga kedisiplinan anak-anak agar tidak kembali ke kebiasaan lama,” ujar Dedi.
Selain itu, ia menyoroti pentingnya peran guru dalam mengawasi aktivitas media sosial siswa sebagai upaya pencegahan perilaku menyimpang.
“Guru harus memantau akun media sosial anak-anak. Banyak yang belajar berkelahi dari internet, janjian tawuran, sampai membeli senjata tajam. Itu semua ada di medsos,” tegasnya.
Dedi juga menyebut bahwa anak-anak dengan penyimpangan identitas gender akan turut dijadikan sasaran program pendidikan karakter ini.
“Itu ada. Anak perempuan yang berperilaku seperti laki-laki, dan sebaliknya. Saya tahu kasusnya,” pungkas Dedi.
Reporter : Niko