Saturday, March 15, 2025
HomeDAERAHJABARSederet Cara Pemprov hingga BMKG Tangani Bencana di Jawa Barat

Sederet Cara Pemprov hingga BMKG Tangani Bencana di Jawa Barat

Bandung, Nawacita – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan melakukan modifikasi cuaca untuk wilayah Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut, modifikasi cuaca di wilayah Jabar menjadi upaya Pemprov Jabar untuk memenangi berbagai bencana agar tidak berkelanjutan.

“Kita hari ini memodifikasi cuaca. Dengan cara menggeser hujan di laut dan di Danau Jatiluhur. Nah, rangkaian ini kan bagian ikhtiar yang dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk agar bencana ini tidak berkelanjutan,” kata Dedi usai meninjau persiapan modifikasi cuaca di Pangkalan TNI AU Husein Sastranegara, Selasa (11/3/2025).

Dedi mengungkapkan bahwa Pemprov Jawa Barat akan mempunyai beberapa alat pendukung untuk modifikasi cuaca.

Alat tersebut berupa radar pemantauan cuaca yang rencananya akan ditempatkan di wilayah selatan Jawa Barat dan wilayah Bandung Raya.

“Nah, kemarin kita sudah, tahun ini kita anggarkan Jawa Barat, dan jangan dianggap provinsi hebat. Tidak, radar aja nggak punya. Makanya sekarang melalui BMKG kita akan punya dua radar, satu di selatan, yang satu di Cekungan Bandung,” jelasnya.

Selain radar pemantauan cuaca, Pemprov Jabar juga akan memiliki alat pendeteksi kualitas udara dengan fitur Early Warning System atau sistem peringatan dini.

Alat pendeteksi kualitas udara tersebut dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat terkait bencana alam yang akan terjadi.

“Setelah itu juga kita akan punya alat untuk mendeteksi kualitas udara di Jawa Barat di mana kemudian berikutnya kita akan memparalelkan Early Warning System, yaitu sistem yang bisa memberikan peringatan dini kepada masyarakat tentang sebuah bencana,” papar Dedi.

Radar pemantauan cuaca dan alat pendeteksi kualitas udara itu merupakan pemberian dari BMKG untuk memfasilitasi Provinsi Jawa Barat dalam mitigasi bencana.

Dedi mengatakan pihaknya bekerjasama dengan TNI AU dan BMKG akan melakukan perencanaan musim untuk mendukung bertumbuhnya komoditas pertanian di Jawa Barat yang seringkali terdampak oleh cuaca buruk atau bencana alam.

Baca Juga: Pemprov Jabar Tindak Tegas Objek Wisata yang Langgar Aturan Tata Ruang hingga Sebabkan Bencana

“Nah, ini menjadi rangkaian termasuk nanti dengan AU, dengan BMKG. Kita akan bicara mengenai perencanaan musim. Nanti musim tanam, tanamnya tanggal berapa, hari apa, kemudian di sini ditanamin ini, di sini ditanamin ini, di sini ditanamin ini,” paparnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menjelaskan, modifikasi cuaca di Jawa Barat akan dilakukan dengan pemindahan awan dan percepatan turunnya hujan pada awan yang berada di laut atau waduk yang menuju daratan atau wilayah rawan bencana.

“Modifikasi cuaca yang kita terapkan saat ini untuk Jawa Barat, satu adalah mempercepat turunnya hujan pada awan yang tumbuh di atas laut yang bergerak menuju daratan, juga awan yang tumbuh di atas waduk-waduk yang bergerak menuju daerah yang rawan bencana,” terangnya.

Pemindahan dan percepatan hujan pada awan tersebut dilakukan dengan menyemai awan menggunakan NACL (Natrium Klorida) atau garam ukuran tertentu.

Hal itu dilakukan agar turunnya hujan bisa dipercepat atau intensitasnya bisa dikurangi ketika menuju daratan.

“Jadi kita percepat turun hujannya mungkin ACL ukuran tertentu supaya segera menjadi hujan dan kalaupun masih ada sisanya tidak banyak. Sehingga kalau diprediksi hujan di Cirebon misalnya sangat lebat. Tadi di laut sudah ada awan kita semai, maka nanti mungkin hujannya tinggal menjadi sedang,” jelas Tri.

Pelaksanaan Tugas Kepala BPBD Jaaa Barat, Anne Hermadiane Adnan menambahkan bahwa alasan dilakukannya modifikasi cuaca di Jawa Barat karena ada perkiraan potensi hujan yang sangat lebat bahkan cuaca ekstrim. Hal itu akan menyebabkan aliran sungai meluap, sebab daya tampung sungai di Jawa Barat sudah penuh.

“Kami bersama deputi modifikasi cuaca BMKG RI melaksanakan modifikasi cuaca ini karena ada prakiraan potensi hujan lebat dan sangat lebat ini yang berpotensi cuaca ekstrem, dan kita ketahui bahwa daya tampung sungai dan tanah di Jawa Barat ini sudah jenuh, walaupun intensitasnya sama dengan yang lalu, tapi daya tampungnya sudah penuh,” ungkapnya.

Daya tampung sungai yang sudah penuh menjadi hal yang mengkhawatirkan menurut Anne, sebab hal itu berpotensi menimbulkan bencana alam yang berkelanjutan di Jawa Barat. Terlebih, Jawa Barat hari ini menempati urutan pertama wilayah dengan bencana hidrometeorologi paling tinggi sehingga Indonesia.

“Nah, sampai saat ini di Indonesia berasal data BNPB Jawa Baratnya menempati urutan 1 dari tanggal 1 Januari sampai tanggal hari kemarin 10 Maret 2005 tertinggi di Indonesia. Terutama Jawa Barat paling tinggi di bencana hidro metrologi,” jelasnya.

“Ini kita coba kurangi hujannya atau bahkan kita alihkan ke laut untuk memitigasi bencana hidrometeorologi yang berpotensi di Jawa barat sehingga tidak akan menelan korban,” tambah Anne.

Reporter : Niko

 

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

RAMADAN BANKJATIM
- Advertisment -

Terbaru