Friday, February 7, 2025
HomeSTARTUPLifeStyleSejarah Lebaran Ketupat, Tradisi Budaya Masyarakat Jawa Usai Idul Fitri

Sejarah Lebaran Ketupat, Tradisi Budaya Masyarakat Jawa Usai Idul Fitri

Sejarah Lebaran Ketupat, Makna serta Filosofinya

JAKARTA, Nawacita – Sejarah Lebaran Ketupat, Usai Idul Fitri, ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa yaitu Lebaran Ketupat. Lebaran Ketupat dilakukan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri. Lebaran Ketupat dilaksanakan pada hari kedelapan hari raya Idul Fitri atau pada 8 Syawal dengan ditandai memakan Ketupat.

Meski dilakukan oleh banyak masyarakat Jawa, namun masih banyak pula yang belum mengetahui tentang tradisi ini. Dilansir dari NU Online, sejarah Lebaran Ketupat ini berawal dari Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan kepada masyarakat Jawa.

Tradisi Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat merupakan simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa. Kupat adalah akronim dari Ngaku Lepat (mengakui kesalahan). Simbolisasi inilah yang digunakan Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Jawa. Pasalnya pada waktu itu masih banyak orang meyakini kesakralan dari ketupat.

Asimilasi budaya dan keyakinan itulah yang pada akhirnya mampu mengantarkan kesakralan umat Islam merayakan Idul Fitri sebagai momentum yang tepat untuk saling meminta maaf, mengakui kesalahan, dan saling berbagi kepada sesama.

Makna Ketupat atau Kupat dalam Lebaran Ketupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Ngaku Papat. Ngaku Lepat sendiri bermakna mengakui kesalahan dan Ngaku Papat memiliki arti empat tindakan yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan.

Pertama, Lebaran. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Ini bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.

Makna lebaran, luberan, leburan, dan laburan

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

januari bankjatim
- Advertisment -

Terbaru