BEIJING, Nawacita – Pakar kesehatan China yang melakukan perjalanan ke negara-negara di Eropa, menyebut Italia perlu merubah cara dalam menanggulangi virus corona. Caranya dengan mengkarantina massal pasien virus corona dengan gejala ringan, daripada membiarkan mereka mengisolasi mandiri di rumah.
Liang Zong’An, kepala departemen pernapasan di Rumah Sakit China Barat dari Universitas Sichuan, mengatakan bahwa para dokter di Wuhan, melakukan kesalahan yang sama pada masa awal wabah virus corona. Sementara pasien kritis dirawat di rumah sakit. Ia menjelaskan bahwa dokter di Wuhan, pada saat itu merekomendasikan bagi mereka yang memiliki gejala ringan terpapar virus corona harus karantina mandiri di rumah. Hal itu dilakukan untuk mengurangi kepadatan perawatan di Wuhan.
Pada masa awal epidemi virus corona di Wuhan, belum dipahami bahwa mereka yang positif virus corona bisa terpapar tanpa menunjukkan gejala. Namun para peneliti sudah mengetahui bahwa mereka yang memiliki gejala ringan, dan diminta untuk tinggal di rumah, biasanya berisiko menularkan virus kepada anggota keluarga, serta orang lain di luar rumah mereka, karena masih bebas bepergian.
Baca Juga: Pakar China Prediksi Covid-19 Mereda Saat Musim Gugur
Melansir Bloomberg, yang mengutip harian Italia Corriere della Sera, Senin, (30/3/2020) pemerintah Italia saat ini sudah menerapkan tindakan keras terhadap orang-orang yang melanggar aturan karantina wilayah alias lockdown.
Karantina kasus gejala ringan
Wuhan mulai mengkarantina semua pasien dengan gejala ringan di rumah sakit darurat pada awal Februari, sebuah langkah yang membantu memperlambat penyebaran virus.Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, merupakan wilayah virus corona pertama kali muncul pada Desember 2019.
Liang mengatakan bahwa timnya menyarankan Italia untuk mengikuti jejak China, dengan memaksa pasien dengan gejala ringan untuk dikarantina di fasilitas darurat corona. Xiao Ning, seorang peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan bahwa sebuah penelitian di salah satu provinsi China menunjukkan bahwa 80 persen kasus infeksi virus corona, berasal dari orang yang disuruh beristirahat di rumah.
Keluarga Italia umumnya tinggal di apartemen yang lebih luas daripada orang-orang di Wuhan, kata Liang. Namun, semakin banyak bukti bahwa seluruh keluarga terinfeksi dari satu orang yang terpapar virus corona, meskipun ada upaya untuk mengisolasi yang terinfeksi di kamar yang terpisah.
“Kami tidak dapat mengatakan apakah karantina rumah Italia benar atau salah, karena masing-masing negara memiliki mekanisme sendiri, tetapi kami menemukan beberapa masalah,” kata Xiao.
Para ahli Italia yang mereka temui tidak dapat mengatakan berapa banyak kelompok infeksi yang muncul dari isolasi di rumah, menurut Liang. Korban kematian virus corona Italia mencapai 10.000, tertinggi di dunia. Tingkat kematian lebih dari dua kali lipat di China. Sementara kasus infeksi lebih dari 97 ribu.
Baca Juga: Italia Remehkan Virus Corona, Korban Terus Bertambah
Kepala komite darurat Italia mengatakan jumlah kasus di negara itu bisa 10 kali lipat dari hitungan resmi. Xiao memuji sistem perawatan kesehatan Italia, dengan mengatakan bahwa rumah sakit merawat pasien virus dengan sangat baik tetapi menderita akibat kekurangan alat pelindung diri medis.
Sementar itu Italia telah mengerahkan militer untuk menegakkan prosedur lockdown dan menangkap wara yang nekat tetap keluar rumah. “Jika langkah-langkah ini dapat dilanjutkan, infeksi baru virus corona akan turun secara nyata. Orang harus terisolasi secara fisik satu sama lain. Itu berarti tidak ada pertemuan sama sekali,” ujar Xiao.
Negara-negara Barat dari Amerika Serikat hingga Spanyol sekarang mengalami apa pernah terjadi di Wuhan, yakni kekurangan alat tes, kelangkaan pasokan medis, dan rumah sakit yang kewalahan. Di Italia, dokter jatuh sakit ketika berjuang untuk merawat pasien terpapar virus corona, dan kolega mereka di Spanyol harus memilih siapa yang akan mati akibat kelangkaan ventilator.
Virus ini telah menyebabkan lebih dari 720.000 orang sakit secara global dan menewaskan 34.000 orang. Banyak negara telah mengunci sebagian atau seluruh negara mereka, dan banyak negara memberlakukan pembatasan perjalanan untuk mencegah masuknya infeksi virus corona.
oknws.