Surabaya, Nawacita– Keberadaan pasar Nostalgia masih kurang terdengar oleh masyarakat umum di Surabaya. Alhasil sepinya pengunjung harus ditelan para pedagang di pasar ini.
Menurut pantauan wartawan Nawacita.co pada Rabu pagi (11/3) Pasar yang terletak di seberang Sentra Kuliner (SWK) Bratang Binangun ini hanya terlihat 4 orang pengunjung saja yang datang. Selain itu juga banyak toko dan stan yang tutup.
Menurut salah satu pedagang pasar yang akrab disapa Hero Dowo mengatakan pasar Nostalgia memang kerap sepi pengunjung di hari kerja. Namun pada akhir pekan bisa dikatakan agak banyak pengunjung. Walaupun dapat dihitung jari.
“Kalau hari kerja ya seperti ini sepi. Kalau akhir pekan rame mas. Tapi engga sampai seratus pengunjung. Paling ya puluhan,” ujarnya saat ditemui di pasar pada Rabu (11/3).
Dowo mengatakan, penghasilannya sebagai pedagang barang antik selama ini justru didapatkan bukan karena berjualan di pasar. Melainkan berkat media sosial dan komunitas Vintage Indonesia yang membuatnya tetap bertahan.
“Ya kita terus jalan aja. Yang penting perputaran uangnya bisa. Jualan lewat online,” ungkapnya.
Di depan stan berukuran 2×3 meter itu, Dowo menilai selama ini Perusahaan Daerah Pasar Surya (PDPS) tidak memiliki gebrakan atau inovasi dalam memperbaiki kondisi sepinya pengunjung pasar. Ia mengatakan, malah pedagang yang harus mempromosikan pasar, bukan pasar yang mengenalkan pedagang kepada masyarakat.
“Orang-orang yang sewa itu ingginnya dirombak bentuk stannya. Bisa lebih menarik kan? Jadi tokonya bisa di desain, tapi dari PDPS engga dibolehkan. Terus kita mau buat acara, biar rame, tapi dari pihak PDPS nyuruh bayar. Padahal kan buat promosikan pasar. Dukungannya dari pemerintah yang kurang,” terangnya.
Penjual barang antik dan jadulan ini mengatakan stan yang dibayarkan memang tidak terlampau mahal. Yakni antara 3 juta sampai 5 juta. Bergntung dari tipe stan yang ada. Namun Ia membeberkan dari sekitar 60an stan yang ada hanya 25 stan yang berpenghuni. Sisanya masih kosong dan tidak ada pemiliknya.
Dowo juga membandingkan pasar Nostalgia yang ada di Surabaya dengan pasar sejenis di Jakarta maupun Thailand. Menurutnya kedua tempat tersebut bisa ramai pengunjung. Tetapi di Surabaya tidak ramai. Walaupun demikian Ia optimis bahwa pasar Nostalgia akan ramai bila ada gebrakan dari pemerintah dan pedagang.
“Harus ada campur tangan pemerintah. Kita terus jalan saja. Dari pasar yang dulunya engga ada listrik sampai sudah ada listrik kita tetap bertahan,” pungkasnya.
(and)