KLATEN, NAWACITA — Munculnya wacana kenaikan harga rokok yang tinggi membuat petani tembakau di Klaten, Jawa Tengah, mulai khawatir. Jika harga rokok naik tinggi, hal itu berpotensi menurunkan omzet sehingga serapan produksi tembakau dari para petani juga menurun.
“Kenaikan harga rokok tidak dinikmati petani, tetapi malah merugikan petani,” ujar Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten Kadarwati di Klaten, Senin (22/8).
Kadarwati mengaku terus memantau informasi yang beredar di media massa dan media sosial. Wacana soal harga rokok itu sudah membuat resah para petani. Harga rokok yang tinggi akan menurunkan daya beli. Dampaknya, pabrikan rokok akan mengurangi pembelian tembakau.
Padahal, perkebunan tembakau di Klaten menyerap lebih kurang 15.000 tenaga kerja, mulai dari petani, buruh perajang tembakau, hingga tenaga bidang lainnya. Mata rantainya panjang sehingga pemerintah diminta mempertimbangkan banyak kepentingan sebelum memutuskan naik.
Kadarwati mengatakan, APTI Klaten belum menentukan sikap terkait wacana kenaikan harga rokok. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pengurus APTI Jawa Tengah untuk mengambil sikap selanjutnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Klaten, luas panen tembakau rajang di Klaten tahun 2015 mencapai 1.830 hektar dengan produksi 2.209 ton kering. Sementara luas panen tembakau asap 711 hektar dengan produksi 1.164 ton kering.
Wakil Sekretaris Jenderal APTI Agus Setyawan mengatakan, menyikapi wacana tersebut, pihaknya berupaya menyerukan penolakan itu ke berbagai tingkatan, mulai dari pemerintah provinsi hingga pusat. Namun, jika upaya persuasif ini gagal, seluruh petani tembakau akan menempuh cara dengan berdemo.
“Jika sampai harus menggelar aksi turun ke jalan, kami pun bisa memastikan bahwa ini akan menjadi demo terbesar yang pernah dilakukan kalangan petani tembakau,” ujarnya di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Senin.
Jumlah petani tembakau di seluruh Indonesia sekitar tiga juta orang. Demo akan dimulai di tingkat lokal di daerah masing-masing dan nantinya akan dilanjutkan aksi di Jakarta.
Wacana kenaikan harga rokok sudah meresahkan kalangan pabrikan dan menyebabkan mereka menunda pembelian tembakau. Pada tahun-tahun sebelumnya, pembelian tembakau oleh pabrikan biasanya sudah dimulai sejak Agustus.
“Ketika masalah ekonomi diusik, bukan tidak mungkin nantinya akan banyak orang marah dan melakukan aksi kekacauan agar dapat bertahan hidup,” ujarnya.
SUMBER : KOMPAS.COM