Guru Besar UINSA: Perang Digital Lawan Terorisme Harus Menang!
Surabaya, Nawacita – Radikalisme dan terorisme tidak lagi bergerak dalam ruang fisik semata. Saat ini, ideologi ekstrem dan narasi kekerasan telah menemukan lahan subur di dunia digital. Hal tersebut menjadi sorotan utama dalam Talkshow bertema “Penanggulangan Terorisme Pasca Bubarnya Jamaah Islamiyah”, yang digelar di Aula Bakesbangpol Jawa Timur, Rabu (16/4/2025).
Prof. Dr. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag., Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, menyampaikan pentingnya kewaspadaan terhadap peran ideologi takfiri—ideologi yang mengkafirkan pihak di luar kelompok mereka sendiri. Menurutnya, paham seperti ini masih menjadi fondasi utama dalam justifikasi kekerasan kelompok radikal.
Dalam paparannya, Prof. Titik menyoroti ancaman radikalisasi melalui media sosial dan internet yang kian masif. Dunia digital, katanya, kini menjadi medium utama penyebaran paham ekstrem.
“Digitalisasi menjadi lahan baru yang subur bagi radikalisme. Narasi intoleran dan propaganda jihad digital sangat efektif memengaruhi generasi muda,” ujarnya. Oleh karena itu, ia menyerukan pentingnya kehadiran pihak moderat untuk membanjiri ruang digital dengan pesan perdamaian dan toleransi.
Baca Juga: Ancaman Terorisme Evolusi: FKPT Jatim Ungkap Taktik Baru Pasca Bubarnya JI
Sebagai Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Titik juga menekankan strategi pencegahan berbasis Social Network Analysis (SNA). Metode ini digunakan untuk memetakan aktor-aktor kunci, titik-titik strategis, serta pola komunikasi yang digunakan dalam menyebarkan paham radikal.
Ia juga menekankan pentingnya pendidikan toleransi yang terintegrasi dalam kurikulum formal dan keagamaan. Nilai-nilai Pancasila, multikulturalisme, dan moderasi beragama harus menjadi fondasi dalam membangun karakter kebangsaan.
Tak kalah penting, ia mendorong pendekatan persuasif terhadap eks-narapidana terorisme. Menurutnya, mereka bisa menjadi agen deradikalisasi yang efektif jika dibina dengan pendekatan yang tepat.
“Libatkan ulama moderat, anak muda, influencer muslim, hingga lembaga dakwah mainstream untuk membanjiri ruang digital dengan narasi damai,” katanya.
Dengan sinergi dan komitmen bersama, diharapkan upaya pencegahan terorisme dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat—baik di dunia nyata maupun digital. Alus