Pelajaran Dari Tantangan Pandemi COVID-19: Diskusi Kerjasama Indonesia dan Taiwan

top banner

Surabaya, Nawacita – Perang global melawan pandemi COVID-19 kini telah memasuki babak baru. Dalam dua tahun terakhir, banyak kisah anti-pandemi yang sukses, dan Indonesia adalah salah satu kisah terbaiknya.

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang sangat besar. Aksi tindakan pemerintah yang cepat dan menyeluruh diimbangi dengan bangkitnya kesadaran masyarakat akan pencegahan pandemi, setiap tahap pemberian vaksin serta peraturan PPKM telah membuahkan hasil. Semua investor Taiwan, murid dan guru sekolah internasional Taiwan di Indonesia serta pegawai perwakilan pemerintah Taiwan di Indonesia mendapat manfaat dari kebijakan anti-pandemi Indonesia yang efisien dan mendapatkan perlindungan yang terbaik, setiap orang di Indonesia yang telah divaksinasi dapat beraktivitas dan bekerja melalui aplikasi peduli lindungi yang dirancang oleh pemerintah. Sehingga masyarakat dapat terus beroperasi secara efektif.

Sebagai negara tetangga Indonesia, Taiwan juga memiliki rekam jejak pencegahan pandemi yang bisa diacungi jempol. Taiwan pertama kali mendeteksi pneumonia yang tidak diketahui asalnya di China pada Desember 2019, Taiwan negara terdepan dalam pelaporan hal ini ke WHO. Berdasarkan pengalamannya dengan SARS pada 2003, Taiwan membimbing warganya untuk melakukan perlindungan pribadi. Pada saat yang sama, Taiwan, Seperti Indonesia, aktif menggunakan teknologi pintar. Selain menggunakan metode daring dan teknologi informasi aplikasi, Taiwan juga mengintegrasikan informasi medis untuk jaminan kesehatan nasional, termasuk catatan vaksinasi nasional, hasil tes antigen cepat dan tes PCR, serta sistem pendaftaran vaksinasi COVID-19 untuk secara efektif melacak dan mengendalikan pandemi domestik.

” Menurut Peringkat Ketahanan COVID versi Bloomberg (The Bloomberg’s COVID Resilience Ranking) pada Januari 2022, Taiwan menempati urutan kedelapan di dunia dalam hal cakupan vaksin, pengendalian virus lintas batas, kualitas medis, dan indikator lainnya. Dalam dua tahun terakhir, kinerja pencegahan pandemi Taiwan, serta bantuan dan kerjasamanya dengan negara-negara di seluruh dunia, tidak hanya menunjukkan tetapi juga menegaskan bahwa Taiwan adalah kekuatan untuk kebaikan, mampu dan mau bekerja sama dengan dunia untuk menghadapi pandemi dan berbagai isu pasca-pandemi,” terang Teto

Meskipun Taiwan secara aktif menguji vaksin Medigen (vaksin yang dikembangkan sendiri oleh Taiwan) bekerjasama dengan negara lain, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang memimpin pengembangan kesehatan masyarakat global dan membela “kesehatan dan hak asasi manusia”, terus mengecualikan Taiwan karena alasan politik. Akibatnya, Taiwan belum disertifikasi oleh WHO sebagai “National Influenza Center” (NIC) di bawah sistem “Global Influenza Surveillance and Response System” (GISRS), serta juga belum tidak dapat memberikan informasi perkembangan virus melalui jaringan ini.

Namun, Taiwan tetap berinisiatif untuk membagikan strain virus influenza yang diperoleh dari surveilans dengan negara anggota GISRS setiap tahun. Misalnya, ketika kasus pertama infeksi virus flu babi (H1N2v) di Taiwan pada manusia ditemukan, hal ini langsung dilaporkan ke WHO, dan dipublikasikan di EIS intranet IHR.  GISRS sedang mendiskusikan pengurutan gen virus COVID-19 ke dalam platform yang dapat digunakan bersama-sama. Jika Taiwan gagal melaporkan secara langsung data pemantauan varian COVID-19 melalui GISRS, mungkin akan sulit bagi dunia untuk secara efektif mencegah virus varian serupa menyebar lagi,” tambahnya

COVID-19 sekali lagi membuat dunia menyadari bahwa penyakit menular tidak mengenal batas negara, dan “hak asasi manusia atas kesehatan” adalah suara setiap penduduk “Desa Global”. Taiwan juga merupakan mitra baik yang sangat diperlukan bagi dunia untuk bekerja sama. untuk mempercepat pemulihan pasca-pandemi. Bekerja sama dengan negara lain untuk mengatasi masa sulit, kurangnya Taiwan di WHO, selain menciptakan celah dalam pencegahan pandemi, juga menyebabkan kurangnya satu penolong kesehatan masyarakat global.

” Taiwan menyerukan kepada semua negara, termasuk Indonesia, untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam World Health Assembly (WHA) pada 2022 sebagai pengamat, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi secara teratur dalam semua pertemuan, kegiatan, dan mekanisme WHO seperti anggota WHO lainnya, dalam rangka ” Desa Global” saling bekerjasama untuk menciptakan ruang hidup yang lebih baik untuk umat manusia,” pungkas Teto

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here