Bali, Nawacita.co – Setya Novanto terpilih menjadi ketum Golkar menggantikan Aburizal Bakrie. Dalam setahun belakangan karir politiknya bak roller coaster, naik menjadi ketua DPR, turun karena skandal ‘Papa Minta Saham’, dan kini naik kembali menduduki kursi Golkar-1.
Novanto merupakan politisi berlatar belakang pengusaha. Dia mulai masuk ke ‘kereta roller coaster’ politik tahun 1990, dengan bergabung ke Kosgoro, salah satu ormas pendiri Golkar. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1993, pria kelahiran Bandung, 12 November 1955 itu mulai masuk ke DPP Golkar dengan menjadi bagian Tim Pokja.
‘Kereta’ politik Novanto di Golkar terbilang menanjak terus. Tahun 1998 dia sudah masuk jajaran elite parpol dengan melesat menjadi Wakil Bendahara Golkar. Beberapa kali pergantian kepengurusan Golkar, Novanto tetap akrab dengan posisi bendahara, keretanya berjalan mendatar.
Hingga akhirnya, pada tahun 2010, oleh Aburizal Bakrie (Ical) yang baru saja terpilih menjadi ketum saat itu, Novanto diangkat jadi bendahara umum. Tak hanya itu, Novanto juga ditunjuk memimpin Fraksi Perjalanan karir Novanto tetap mulus hingga akhirnya DPP Golkar dilanda perpecahan. Novanto tetap setia bersama Ical. Karir politiknya naik lagi, dia diangkat menjadi Wakil Ketua Umum DPP Golkar hasil Munas Bali.
‘Kereta’ politik Novanto berada di puncak ketika dia berhasil menduduki kursi Ketua DPR di penghujung 2014. Dari situ, selayaknya roller coaster, setelah berada di puncak, kereta politik Novanto menukik.
Novanto ‘jatuh’ dari kursi Ketua DPR. Dia jatuh karena skandal akhir tahun 2015 lalu. Pria yang pernah menjadi bendahara KONI itu diduga meminta saham PT Freeport Indonesia. Novanto disidang Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Seluruh anggota MKD memvonisnya bersalah. Wakil Rakyat dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II itu pun memilih mundur dari posisinya.
Kereta politiknya turun, tapi tak jauh. Kekuatan posisinya di DPP Golkar membuatnya bisa ‘berpegangan’ pada posisi Ketua Fraksi Golkar. Novanto bertukar posisi dengan Ade Komarudin (Akom) yang naik menjadi Ketua DPR.
Selama menjadi Ketua Fraksi Golkar DPR, Novanto melakukan perombakan besar-besaran. Dia menempatkan loyalisnya di posisi-posisi strategis. Kekuatan Akom di Fraksi Golkar dipreteli. Hubungan keduanya pun sempat memanas.
Panasnya hubungan itu terbawa hingga menjelang Munaslub Golkar. Apalagi Akom dan Novanto sama-sama mendeklarasikan niat untuk bertarung di Munaslub Golkar.
Total ada 8 caketum yang bertarung di Munaslub Golkar 2016. Namun sorotan tertuju pada pertarungan Akom dan Novanto. Kedua sosok ini dianggap sebagai caketum paling kuat.
Setelah melalui penghitungan suara yang berlangsung dari tengah malam hingga pagi hari di Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali, Selasa (17/5), Novanto memenangkan pertarungan dengan 277 suara atau 50% lebih. Seharusnya ada putaran kedua, karena Akom meraih 173 suara atau lebih dari 30%. Namun Akom legowo, mengalah untuk Novanto.
‘Kereta’ politik Novanto pun naik lagi. Dia kini memegang kendali atas parpol yang menjadi runner up Pemilu 2014. Patut dinanti ke mana lagi ‘kereta’ politik Novanto, terus naik, atau terjun lagi?
sumber : detik.com