Luhut Was-was Kenaikan Minyak Dunia

Luhut Binsar Pandjaitan
Luhut Binsar Pandjaitan
top banner

Jakarta, NawacitaMenko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menilai, pelemahan nilai tukar rupiah pada dollar Amerika Serikat adalah hal yang biasa.

Menurut Luhut, yang diwaspadai oleh pemerintah adalah kenaikan harga minta mentah dunia. Dimana harga minyak mentah jenis Brent di pasar dunia sudah mencapai US$ 85,01 per barel, sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) berada di harga US$ 75,53 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak November 2014 lalu.

“Yang perlu kami wasapadai harga minyak ini kalau naik 80-90 dolar itu apa yg harus kita lakukan,” kata Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018).

Namun, dia tidak merincikan apa yang akan dilakukan pemerintah atas kenaikan harga minyak dunia itu. Sebab, pemerintah dalam APBN 2018 mematok harga minyak mentah/ICP sebesar US$ 48 /barel.

“Ya lihat saja sekarang, sedang kami hitung dengan cermat,” ujar Luhut.

Luhut sebelumnya mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tidak perlu dikhawatirkan. Sebab, kenaikan US$ tidak secara langsung, tapi bertahap.

“Enggak papa, kan dollar Rp15 ribu kan, dia naiknya bertahap. Tetapi kami harus lihat itu kan utuh nggak boleh satu. Jadi itu mungkin sekarang real value dari pada rupiah,” kata Lihut di kantornya.

Sebab, bukan hanya Indonesia yang mengalami pelemahan. Tapi beberapa negara, khususnya di negara berkembang mengalami pelemahan.

“Jadi seluruh dunia memang agak lambat karena dunia lari ke AS gara-gara policy Amerika dilihat naik ya mereka liat lebih enak investasi di AS jadi terjadilah depresiasi itu,” kata dia.

Adapun harga minyak mentah menjadi penyebab utama defisit pada nercar berjalan atau CAD yang kian meluas. Dimana pada kuartal II-2018, impor mencapai US$7,28 miliar, naik 7,76% dibandingkan kuartal sebelumnya yang US$6,76 miliar.

inlh

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here