Sidoarjo, Nawacita – Di TPS3R Sopo Nyongko Kalanganyar, Sidoarjo, ekonomi sirkular tidak lagi sebatas wacana. Ia hadir dalam bentuk yang nyata dengan keberadaan sistem budidaya maggot yang bekerja mengurai sampah organik desa. Maggot ini digunakan oleh pengelola TPS3R untuk dijadikan pakan ikan berkualitas tinggi untuk kolam budidaya ikan nila yang saat ini ada di TPS3R serta untuk dijual ke pemancingan sekitar. Sistem budidaya maggot ini sebelumnya didukung oleh program Desa Energi Berdikari dari Pertamina Foundation yang pelaksanaannya dipimpin oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Meskipun demikian, permasalahan masih muncul dari aspek operasional.
Untuk menciptakan pakan ikan dari maggot, maggot perlu dikeringkan terlebih dahulu. Proses pengeringan ini masih bergantung pada cuaca, sehingga produksi pakan menjadi tidak konsisten dan sering terhenti saat musim hujan. Selain itu, kapasitas pengeringan yang terbatas membuat pengelola belum dapat memenuhi potensi permintaan pakan ikan yang lebih besar dari masyarakat sekitar.
Melihat tantangan tersebut, Departemen Teknik Fisika ITS menginisiasi program pemberdayaan lanjutan yang berfokus pada penguatan teknologi pengolahan pascapanen maggot. Tim mahasiswa Teknik Fisika kemudian merancang dan mengimplementasikan teknologi pengering maggot dengan sistem yang dapat berputar yang mampu bekerja stabil tanpa harus menunggu cahaya matahari langsung. Teknologi ini beroperasi dengan menggunakan tenaga surya yang disuplai melalui sel surya yang sudah ada sebelumnya di TPS3R Desa Kalanganyar.
Baca juga : Indonesian Suistanable Leader from Nawacita Jokowi to Astacita Prabowo
Sistem ini mengkombinasikan panel surya, pemanas berdaya rendah, dan aliran udara terkontrol untuk menghasilkan proses pengeringan yang lebih cepat, higienis, dan seragam. Teknologi tepat guna ini secara langsung mengatasi titik mandek dalam rantai produksi TPS3R mengubah pengeringan dari proses yang tidak pasti menjadi proses yang dapat direncanakan dan diskalakan.
Dengan hadirnya alat pengering ini, TPS3R dapat meningkatkan kapasitas produksi pakan ikan, memperluas pasar, dan memperkuat siklus ekonomi sirkular desa. Bagi warga, inovasi ini bukan sekadar perangkat baru, tetapi solusi yang membuka masa depan baru dalam pengelolaan sampah dan budidaya.
Intervensi teknologi ini menunjukkan bagaimana pengabdian masyarakat dapat memberikan dampak yang nyata ketika pendekatan ilmiah bertemu dengan kebutuhan lokal. Di Kalanganyar, maggot dan panel surya mungkin terlihat sederhana, tetapi keduanya telah menyatukan proses penting dalam ekonomi desa: mengolah sampah, memberi makan ikan, dan menghasilkan nilai tambah.
Keberadaan alat pengering maggot bertenaga surya memberi sinyal bahwa keberlanjutan bukan hanya urusan kota besar atau industri, melainkan bisa tumbuh dari desa dari TPS3R yang tekun bekerja setiap hari, dan dari mahasiswa Teknik Fisika ITS yang memadukan ilmu dan kepedulian dalam satu aksi nyata. Jika dirawat dan dikembangkan, Kalanganyar berpotensi menjadi model ekonomi sirkular desa yang mandiri dan berkelanjutan, sekaligus bukti bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang tepat.


