Dedi Mulyadi Terharu Saksikan Pertemuan Orang tua dengan Para Siswa yang Dikirim Ke Barak Militer
Bandung, Nawacita – Suasana haru menyelimuti pertemuan antara para orang tua dan para siswa yang telah mengikuti program wajib militer selama 14 hari. Pertemuan tersebut diwarnai dengan tangis bangga para orang tua. Bahkan dedi mulyadi sendiri terharu melihat pertemuan tersebut hingga ikut mengucurkan air mata.
Program yang digagas oleh gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi itu berhasil mengubah sikap para siswa yang sebelumnya dianggap nakal. Sebelumnya, 273 siswa yang hadir ini telah mengikuti wajib militer dan pembinaan bela negara di barak militer.
Setelah 14 hari berlalu, perubahan sikap sudah banyak muncul dari diri mereka sehingga mereka diluluskan dari barak militer dan dipertemukan dengan para orang tuanya di Gedung Sate Bandung Jawa Barat bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada hari ini 20 Mei 2025.
Dedi mengaku tak kuasa menahan air mata melihat perubahan positif dari para siswa yang sebelumnya dikenal nakal dan sulit dididik oleh orangtuanya.
“Ya gimana, ini kan urusannya urusan rasa ya, urusan hati, urusan cinta, siapa sih yang tidak terharu orang tua bertemu anaknya saat anaknya sudah berubah,” ungkap Dedi Mulyadi dengan suara bergetar saat ditemui di halaman Gedung Sate Bandung, Selasa (20/5/2025).

Dedi mengatakan rasa haru itu tidak bisa ia tahan, sebab dia membuat program tersebut berdasarkan hati nuraninya. Mengingat tidak sedikit dari para siswa nakal itu berlatar belakang dari permasalahan keluarga yang akhirnya membuat mereka menjadi nakal. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah tidak memiliki orang tua bahkan tidak memiliki keluarga.
“Kalau yang saya lakukan dasarnya hati, maka diterimanya oleh rasa dan melahirkan cinta. Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat, pemimpin dengan rakyat, itu urusan rasa, bukan urusan-urusan administrasi kenegaraan,” pungkas dia.
Dedi berharap, program ini dapat menjadi contoh positif dalam pembentukan karakter generasi muda Indonesia.
Sementara itu di kesempatan yang sama, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Kak Seto Mulyadi menilai program ini telah terbukti efektif dalam mendidik para siswa nakal di Jawa Barat. Menurutnya, program ini menjadi salah satu program pendidikan non formal positif di jawa barat.
“sampai saat ini saya menyimpulkan sangat-sangat bagus, dan marilah kita juga tanya kepada anak-anak. Karena anak-anak salah satu hak dasar seorang anak adalah didengar suaranya, didengar pendapatnya,” ungkap Kak Seto.
Baca Juga: Kebijakannya Disoroti Media Asing, Dedi Mulyadi: Ya Bagus, Kalau Disoroti Alhamdulillah
Ia juga melihat sendiri secara langsung banyak diantara mereka yang sikapnya mulai berubah. Bahkan sampai ada yang menangis memeluk bahkan bersujud di kaki ibunya untuk minta maaf.
“Kalau ini baik untuk mereka, silakan, karena ada unsur hak anak tapi ada juga unsur kewajiban anak. Kewajiban hormat guru, orangtua dan ini dengan cara yang sangat tepat. Artinya dipadukan dengan unsur bermain, yel-yel. Positif. Artinya anak betul-betul menunjukkan. Ada beberapa anak sujud pada ibunya. Ini prestasi,” tambah dia.
Hal itu menjadi bukti berhasilnya program wajib militer atau bela negara ini. Terlebih program ini juga merangkul para siswa yang memiliki trauma keluarga. Sehingga bisa menjadikan mereka kembali ceria dan merasakan kehangatan keluarga baru di barak militer.
Disinggung terkait adanya temuan KPAI dimana ada ancaman tidak naik kelas bagi siswa yang menolak serta banyaknya siswa yang tidak tau kenapa dibawa ke barak militer, Kak Seto menyebut hal itu adalah wajar mengingat program ini merupakan program pendidikan untuk anak.
Baca Juga: Viral Fenomena Anak-Anak Takut Dedi Mulyadi, KDM Respon Begini
“Masukan, kritik mohon bisa diterima. Karena ini semua untuk kepentingan terbaik bagi anak agar mereka dapat tumbuh dan kembang optimal. Satu sisi ada hak untuk tumbuh dan berkembang, sisi lain ada hak dilindungi dari kemungkinan kekerasan, pemaksaan, eksploitasi dan sebagainya,” kata dia.
Ia juga mengajak kepada seluruh daerah untuk tidak segan membuat pendidikan non formal bagi anak-anak agar mereka terhindar dari pergaulan bebas dan tindak kriminal remaja.
“Kita lihat hasilnya nanti. Kita dengar suara anak-anak sebagian besar menyatakan positif dan setuju. Ayo jangan segan-segan untuk dipraktekkan di berbagai tempat. Sekali lagi, ini salah satu cara pendidikan nonformal untuk melengkapi pendidikan formal dan informal dalam keluarga,” ujar dia.
“Ini anak kreatif, penuh dinamika, ledakan emosional yang kalau kondisi lingkungan tidak positif, mengarah ke negatif. Ya narkoba, tawuran, narkoba dsb. Tapi begitu positif, bisa melihat pada Dodik Bela Negara, ternyata seperti yang kita lihat, hasilnya sangat positif. Hormat kepada orang tua,” pungkas dia.
Reporter: Niko


