OJK Tegaskan Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Indonesia di Tengah Tantangan Geopolitik Global
Jakarta, Nawacita – 14 Desember 2024 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Rapat Dewan Komisioner Bulanan menegaskan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meskipun dihadapkan pada tantangan risiko geopolitik global yang kian meningkat.
Ketidakstabilan geopolitik, termasuk kemenangan Presiden terpilih Donald Trump di Amerika Serikat yang berpotensi memperburuk tensi perang dagang, serta konflik di Timur Tengah, Ukraina, Asia, dan Eropa, menjadi perhatian utama. Kendati demikian, perekonomian global masih menunjukkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi di berbagai negara utama.
Di Amerika Serikat, indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik yang menguat memicu tekanan inflasi. Sementara itu, sektor produksi di Tiongkok menunjukkan perbaikan meskipun permintaan masih tertekan. Di Eropa, indikator ekonomi juga mencatat tren positif.
Perkembangan ini mendorong bank sentral global untuk lebih berhati-hati dalam pelonggaran kebijakan moneter, yang meningkatkan ekspektasi kenaikan terminal rate suku bunga kebijakan.
Baca Juga : OJK Resmi Cabut Izin Usaha PT Sarana Sultra Ventura
Perekonomian Indonesia tetap stabil dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2024 mencapai 4,95% (yoy) dan pertumbuhan kumulatif triwulan I-III sebesar 5,03%. Target pertumbuhan di atas 5% sepanjang tahun 2024 masih dinilai realistis.
Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus pada triwulan III, mencerminkan ketahanan eksternal yang kuat. Inflasi pun terkendali, khususnya pada komoditas pangan. Namun, beberapa indikator ekonomi domestik memerlukan perhatian, seperti PMI manufaktur yang berada di zona kontraksi, penurunan penjualan ritel dan kendaraan bermotor, serta indeks kepercayaan konsumen yang melemah.
Pasar saham domestik mencatat pelemahan sebesar 6,07% (mtd) hingga 29 November 2024, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 7.114,27. Secara tahunan (ytd), IHSG turun 2,18%. Kapitalisasi pasar mencapai Rp12.000 triliun, turun 5,48% (mtd), meskipun masih mencatat kenaikan 2,87% (ytd). Pelemahan terutama terjadi pada sektor basic materials dan properti.
Sementara itu, pasar obligasi menunjukkan kinerja positif. Indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15% (mtd) menjadi 393,14, dengan kenaikan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata sebesar 8,41 bps (mtd). Namun, investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp13,07 triliun (mtd).
Baca Juga : OJK Luncurkan Indonesia Anti-Scam Centre untuk Tangani Penipuan Sektor Keuangan
Penghimpunan dana di pasar modal tetap positif, dengan total nilai Penawaran Umum mencapai Rp219,45 triliun. Sepanjang tahun ini, terdapat 34 emiten baru melalui IPO dengan total nilai Rp51,20 triliun. Selain itu, terdapat 133 pipeline Penawaran Umum dengan nilai indikatif Rp58,34 triliun.
Sektor Securities Crowdfunding (SCF) juga menunjukkan perkembangan signifikan. Hingga 29 November 2024, terdapat 18 penyelenggara berizin OJK dengan 694 penerbitan efek yang berhasil menghimpun dana sebesar Rp1,33 triliun. Sebanyak 170.450 pemodal turut terlibat dalam pendanaan tersebut.
OJK memastikan akan terus memantau dinamika pasar keuangan global dan domestik. Upaya menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan di tengah tantangan global yang dinamis.
Laporan ini menjadi bukti bahwa sektor jasa keuangan Indonesia memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi berbagai tekanan eksternal, sekaligus menggarisbawahi komitmen OJK dalam mendukung perekonomian nasional.


