Kemarau Panjang, Tiga Desa di Mojokerto Terancam Krisis Air Bersih
Mojokerto, Nawacita – Beberapa wilayah di Jawa Timur tengah memasuki musim kemarau panjang yang di prediksi sampai bulan November nanti. Pemerintah daerah tentunya akan mengupayakan berbgai cara untuk mengantisipasi dampak yang akan terjadi saat menghadapi musim kemarau.
Seperti halnya di Kabupaten Mojokerto, setidaknya ada tiga titik terancam krisis air bersih akibat musim kemarau. Tiga titik tersebut berada di Desa Kunjorowesi, Manduro manggunggajah, Kecamatan Ngoro dan Desa Duyung, Kecamatan Trawas.
Kondisi tersebut hampir tiap tahun terjadi di wilayah tersebut, setidaknya setidaknya ada ribuan warga di wilayah Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto yang selalu terkena dampak krisis air bersih. Sumur-sumur dan sumber mata air mengering saat setiap kali musim kemarau tiba.
Baca Juga:Â Menteri LHK Kunjungi Festival Perhutanan Sosial di Mojokerto Bersama Utusan Inggris dan Amerika Serikat
Berdasarkan imbauan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau telah terjadi sejak awal bulan Mei 2023. Bahkan kemarau panjang diprakirakan akan terjadi dan diprediksi hingga bulan November 2023.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Soepangkat menjelaskan, berdasarkan evaluasi tahun kemarin desa ketiga desa tersebut tergolong gersang tanah dan letaknya yang berada lereng Gunung Penanggungan.
“Ancaman krisis air bersih ini berdampak kepada ribuan warga di tiga desa tersebut. Kekeringan terparah masih berada di Desa Kunjorowosi ini dihuni 1.635 warga. Masing-masing tersebar di Dusun Kandangan 1.050 warga dari 350 KK dan Dusun Kunjorowesi 585 warga dari 195 KK,” terang Djoko, Rabu (24/5/2023).
Sedangkan warga yang terdampak kekeringan di Desa Manduromanggunggajah, Kecamatan Ngoro mencapai 2.142 orang. Masing-masing tersebar di Dusun Buluresik dengan 1.281 jiwa dari 427 KK dan Dusun Manggunggajah sebanyak 861 jiwa dari 287 KK. Selanjutnya, kekeringan juga terjadi di Dusun/Desa Duyung, Kecamatan Trawas dengan warga yang terdampak 831 jiwa dari 277 KK. “Jadi total ada sekitar 4.600-an jiwa yang terdampak dari tiga desa,” katanya.
Baca Juga:Â Peran Koperasi di Wilayah Kota Mojokerto Akan Terus Dikuatkan Pemkot Mojokerto
Djoko mengatakan, untuk saat ini baru Desa Kunjorowesi saja yang sudah mengajukan surat ke BPBD untuk dilakukan dropping air agar bisa mencukupi kebutuhan MCK (mandi cuci kakus) sehari – hari.
“Mulai melakukan dropping air bersih ke desa yang terdampak paling cepat Juni dan saat ini BPBD sudah mulai melakukan persiapan pengiriman dengan berkoordinasi berbagai pihak,” ucapnya.
BPBD Kabupaten Mojokerto akan menyiapkan anggaran sekitar Rp 200 juta, sebagai modal BPBD melakukan dropping air bersih ke tiga desa terdampak kekeringan. “Dropping air bersih ke tiga desa terdampak sebagai solusi jangka pendek dalam mencukupi kebutuhan vital di musim kemarau,” pungkasnya.


