Pemuda Mojokerto Raup Cuan Puluhan Juta dari Budidaya Lobster Air Tawar
MOJOKERTO, Nawacita – Pemuda Mojokerto Raup Cuan Puluhan Juta dari Budidaya Lobster Air Tawar, Budidaya lobster pada umumnya terkenal susah – susah gampang untuk mengembangkannya, namun di tangan Dian Angga Prasetyo (29) seorang sarjana teknik sipil asal Kecamatan Pungging, Mojokerto puluhan lobster berhasil di budidayakan dengan skala rumahan.
Biaya perawatan yang terbilang murah dan sekali panen bisa meraup keuntungan hingga jutaan rupiah, membuat Angga sapaan akrabnya lebih suka membudidayakan lobster air tawar dari pada ikan sejenis lele dan nila.
Angga sendiri juga membuka pelatihan bagi mereka yang ingin belajar usaha budidaya Lobster, bahkan sudah puluhan orang, dari yang awam sampai yang gagal budi daya berbagai jenis ikan datang belajar merintis bisnis lobster air tawar padanya.
Bisnis lobster yang ditekuninya semata berawal dari hobi. Lulusan Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini mulai menyukai dunia lobster sejak tiga tahun silam. Kelak, keinginan membudidayakan lobster membawanya ke berbagai tempat budi daya di Surabaya dan Sidoarjo. Di sana, Angga ngangsu ilmu seluk beluk bisnis lobster dari pembibitan sampai cara jual. “Setelah observasi selama dua tahun, lewat literasi jurnal maupun buku akhirnya mulai eksekusi pada 2021,” terang Angga.
Lobster – lobster tersebut ditempatkan di halaman belakang rumahnya. Ia menyulap halaman belakang rumah dengan mendirikan tiga kolam besar dan tiga kolam kecil. Setiap kolam itu berisi lobster jenis red claw dengan umur berbeda. Kolam-kolam itu ditutupi dengan atap rendah dengan tujuannya agar lobster tidak terkena matahari secara langsung, sebab menurutnya, warna biru pada lobster red claw bisa berubah jadi gelap apabila terlalu banyak terkena sinar.
Baca Juga: Nuzulul Qur’an di Mojokerto, Gubernur Khofifah Ajak Masyarakat Jaga Toleransi
“Lobster – lobster tersebut masih dalam proses pengembangan, yang artinya masih usia kecil bukan indukan atau lebih tepatnya masih tahap pembesaran yang nantinya bakal menjadi indukan untuk siap jual,” ungkapnya saat ditemui dirumahnya, Sabtu (8/4/2023).
Proses pembesaran bayi lobster berkisar usia tiga bulan baru dijual, dengan ukuran lobster yang siap jual itu memiliki panjang minimal 3,5 – 4 inchi. Pemasarannya sendiri Angga menjualnya ke sebuah restoran di Sidoarjo. Dalam sekali panen bisa sampai 500 ekor untuk dijual.

“Penjualnya per set berisi 10 ekor seharga Rp 100 ribu, dengan jumlah penjualan yang saya mampu jual hingga 500 ekor lobster, saya bisa meraup penghasilan sekitar Rp 5 juta,” terangnya.
Menurutnya, kalau untuk siap penjualan siklus pemanenan selama tiga bulan sekali, mulai dari indukan mulai bertelur, menetas dan menyortir dalam sebulan sekali hingga akhirnya dalam waktu tiga bulan itu sudah siap jual. Untuk memastikan kualitas lobster, Angga selalu menjaga kebersihan kolam dibantu sang ayah. “Proses pembersihan dan penggantian air dilakukan seminggu atau dua minggu sekali,” ujarnya.
Dalam hal makanan, lobster air tawar sendiri bukan tipikal hewan yang manja. Angga memberikan pakan dalam dua kali sehari dengan didampingi pakan pelet yang diberikan sekali sehari. “Biaya pakan lobster air tawar juga tidak menguras kantong dalam-dalam, hanya mengeluarkan uang sekitar Rp 100 ribu untuk biaya pakan saja, karena satu kilogram pelet saja sampai sebulan tidak habis,” katanya.
Selain pelet, makanan lobster juga meliputi kacang – kacang an seperti kecambah, kacang ijo, jagung dan wortel, kalau makanan hewani berupa cacing sutra. “Untuk kecambah saya menanam sendiri dari kacang ijo yang saya rebus terus di taruh di bak atau wadah yang besar, terakhir di sungkap dengan kain,” bebernya.
Angga menambahkan, sebelumnya budidaya lobster ini yang dikembangkan merupakan bisnis sampingan, inovasi pengembangan ini dilakukan disela – sela kesibukan ia bekerja sebagai kontraktor di Surabaya – Sidoarjo. Dengan keberhasilan sekarang Angga sangat antusias jika ada orang ingin belajar budidaya lobster kepadanya.
Penulis: Fio Atmaja


