Aceh – Nawacita – Tempe merupakan bahan makanan yang terbuat dari fermentasi kacang kedelai dengan ragi. Banyak masyarakat Indonesia yang menyukai tempe dan di jadikan olahan bahan makanan yang bermacam ragam. Tidak hanya itu, tempe juga sering kita temui di acara penting seperti pernikahan, sunatan, aqiqah, ulang tahun dan lainnya. Selain rasanya yang enak, tempe memiliki manfaat bagi tubuh diantaranya kaya akan protein, kandungan kalsium yang tinggi, penangkal radikal bebas dan sumber vitamin B12. Dengan melihat fenomena tersebut tentunya tempe akan menjadi peluang bisnis yang sangat cemerlang dan cukup menjanjikan dalam segi keuntungan.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia bahkan sudah mendunia, tak terkecuali masyarakat Kota Langsa.
Di Kota Langsa tepatnya di Desa Sidorejo terdapat usaha rumahan produksi tempe yang dikelola oleh ibu Harun. Usaha tersebut sudah dijalani selama 7 tahun. Alasan ibu Harun
memilih usaha tempe karena beliau pernah diajarkan membuat tempe oleh saudara nya, maka dari itu ia mencoba membuka usaha tempe tersebut dan juga mencari tambahan penghasilan untuk keluarga. Dalam sehari beliau memproduksi tempe paling sedikit 80 bungkus dengan
membutuhkan 10 kg kacang kedelai. Ibu Harun memiliki satu orang pekerja yag membantunya membungkus tempe setiap hari.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat tempe sangat sederhana yaitu kacang kedelai, air, daun pisang serta koran dan yang paling penting harus ada ragi. Cara pembuatannya
menggunakan proses fermentasi kacang kedelai dengan ragi. Proses pembuatannya
membutuhkan waktu kurang lebih 4 hari dari sebelum sampai sudah menjadi tempe. Harga jual tempe berbeda-beda karena terdapat dua ukuran yaitu besar dan kecil. Untuk ukuran yang besar lima buah dijual seharga Rp.1.000 sedangkan untuk ukuran yang kecil tujuh buah dijual seharga Rp.1.000. Ibu Harun menjual tempe tersebut di rumah, banyak tetangga sekitar yang membeli tempe dengannya. Bahkan pembelinya ada yang berasal dari desa lain dan juga pedagang pasar Langsa membeli tempe pada ibu Harun untuk dijual kembali.
Dari hasil wawancara dengan ibu Harun, beliau mengatakan bahwa, tempe yang diproduksi tidak selalu habis. “terkadang tempe yang sudah saya produksi tidak selalu habis setiap harinya,biasanya tersisa sekitar 15 bungkus. Namun demikian, hal tersebut tidak membuat saya rugi”, ujar ibu Harun. Hal tersebut sudah menjadi resiko berjualan sehingga beliau tidak pernah putus asa membangun usaha tempe yang sudah bertahan selama 7 tahun.
Dari hasil usaha rumahan tempe tersebut, ibu Harun mendapat keuntungan sebesar Rp.300.000per hari.
Hasil keuntungan berjualan beliau pergunakan untuk membeli sembako serta
mencukupi kebutuhan anak nya. Secara tak langsung beliau sudah membantu suami dalam
meningkatkan perekonomian keluarga. Berkat usaha rumahan tempe yang sudah dijalani bu Harun tersebut, perekonomian keluarganya menjadi membaik dan berkecukupan.
Akan tetapi, pada saat masa pandemic covid-19, usaha rumahan tempe bu Harun mengalamipenurunan omset dikarenakan harga bahan baku yaitu kacang keledai sangat mahal. “saya sempat tidak memproduksi tempe selama sebulan dikarenakan harga bahan baku yaitu kacangkedelai sangat mahal, jika saya paksakan memproduksi tempe maka saya tidak mendapatkanuntung dari berjualan”, ucap ibu Harun. “Namun alhamdulillah saat ini harga kacang kedelaisudah stabil seperti semula”, tambah ibu Harun.
Penulis : Tri Analia Juwita, IAIN Langsa



Luar biasa, sukses terus
Luar biasa, isinya mudah di pahami.
Mantap bahasanya mudah di pahami