“Sebagai negara dengan sistem kesehatan yang lemah, Korea Utara tidak hanya merupakan negara berisiko tinggi terkena virus yang menimbulkan kerugian besar,” ujar Kee B. Park, Direktur Korea Health Policy Project, seperti dilansir dari Time.
“Namun, sanksi-sanksi global juga menyebabkan hambatan tak disengaja dan sangat nyata bagi negara tersebut serta organisasi-organisasi bantuan internasional untuk memberikan respons,” sambungnya.
Ia mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, pengenaan sanksi internasional uji coba nuklir terhadap Korut telah mempersulit petugas kesehatan untuk memberikan perawatan yang dibutuhkan pasien penyakit apa pun. Kondisi tersebut akan membuat menjadi sangat menantang bagi Korea Utara untuk menangani wabah virus yang besar.
“Mereka mungkin dapat berhasil mengobati sejumlah kecil kasus Covid-19 yang parah tetapi, jika ada sesuatu yang dapat kita pelajari dari pengalaman China dan Korsel, kapasitas mereka untuk mengobati akan dengan cepat kewalahan,” tambah Park. Mungkin atas dasar kekhawatiran bencana yang meluas, para pemimpin Korea Utara tampaknya bertindak lebih tegas dibandingkan dengan selama wabah SARS pada 2002-2003 dan Ebola pada 2014.
“Respons terhadap Covid-19 menonjol dalam hal seberapa cepat dan seberapa jauh jangkauan pembatasan perjalanan dan langkah karantina,” papar sebuah analisis di situs web Korut 38 North. Selain itu, gambaran yang disampaikan media pemerintah Korut mengindikasikan bahwa pihak otoritas telah menanggapi ancaman virus yang menyebar cepat ini dengan serius.
Media setempat mengabarkan upaya pengumpulan para tuna wisma dan penangguhan fasilitas waktu luang oleh pemerintah. Foto-foto juga menunjukkan wajah-wajah pejabat yang ditutupi oleh masker hitam.
Menurut Analis NK Pro Rachel Minyoung Lee, meskipun Korea Utara masih merupakan negara yang tertutup oleh standar internasional, rezim pemerintah saat ini telah menunjukkan keterbukaan yang meningkat atas pengakuan kesalahan ataupun hal-hal yang serba salah di era Kim Jong-un.
Baca Juga: Turkmenistan Melarang Penggunaan Kata Virus Corona
“Ada pula peningkatan upaya untuk memproyeksikan citra bahwa pucuk kepemimpinan mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi warga dari bencana alam,” terang Lee. Tetap saja, banyak pihak yang merasa skeptis soal klaim tak ada kasus virus corona di Korea Utara. Ada kemungkinan bahwa Korea Utara menyembunyikan keberadaan kasus karena alasan kebanggaan nasional.
“Rezim Kim memprioritaskan kekuatan yang diproyeksikan dan mengendalikan kepanikan di atas perlindungan kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, tidak akan terdengar laporan masalah virus corona hingga suatu krisis kemudian tak terhindari,” tutur Leif-Eric Easley dari Ewha University di Seoul.
Bulan lalu, Korea Utara diam-diam dikabarkan telah meminta bantuan terkait virus corona dari negara lain, meskipun telah secara terbuka membantah adanya kasus di negerinya sendiri. Financial Times melaporkan bahwa pejabat di negara tersebut secara pribadi menjangkau rekan-rekan mereka di negara lain untuk meminta bantuan mendesak dalam upaya memerangi wabah.
Kekurangan pasokan medis Korea Utara dan sistem perawatan kesehatan yang lemah telah membuat negara itu tidak siap menangani wabah seperti virus corona baru ini. Seorang sumber Financial Times menyebut bahwa Korea Utara memiliki kit pengujian untuk Covid-19 dan tahu cara menggunakannya dengan baik, tetapi jumlahnya tidak mencukupi. Karena itu, pejabat setempat meminta semua organisasi untuk mendukung mereka dalam hal ini.
bsnws.


