Batu, Nawacita.co – Hadirnya Trans Jatim saat ini membawa kebangkitan Terminal Kota Batu. Itu terlihat dari jumlah penumpang, tetapi juga dari atmosfernya—lebih ramai, lebih hidup, dan lebih terhubung.
Sinergi antarmoda mulai terbentuk alami, dan manfaatnya dirasakan langsung oleh para sopir angkot dan pelaku wisata.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur, Nyono menggambarkan konsep ini dengan analogi sederhana namun kuat.
“Trans Jatim itu ibarat pipa air besar. Kalau pipa besar mengalir penuh, otomatis pipa-pipa kecil ikut teraliri,” ungkapnya, Sabtu (29/11/2025).
Menurut dia, Trans Jatim memang dirancang untuk membawa arus penumpang dalam jumlah besar.
Dari sana, angkot di Kota Batu—yang menjadi pipa-pipa kecil—akan menerima limpahan penumpang secara konsisten.
“Air di pipa besar itu tidak akan berhenti, karena anggaran Trans Jatim terus mengalir. Jadi feeder angkot akan ikut terisi dan bergerak,” jelas Nyono.
Baca Juga: Nikmati Trans Jatim Gratis 2 Hari Penuh di HUT ke-80 RI
Fenomena ini juga dibenarkan Staf Bidang Angkutan Dishub Jatim, Tio Alam Firmansyah.
Menurutnya, kehadiran Trans Jatim di Batu memunculkan efek domino positif yang tidak banyak diprediksi sebelumnya.
“Weekend kemarin angkot-angkot padat, sampai penuh rombongan. Jadi malah saling menghidupkan,” ujar Tio.
Ia menilai pola sinergi ini bisa menjadi model transportasi baru: bus sebagai pengangkut massal, angkot sebagai feeder yang menjangkau destinasi wisata dan permukiman.
“Tujuan kami bukan cuma memudahkan penumpang, tapi juga memastikan angkot tetap hidup dan pariwisata ikut bergerak,” jelasnya.
Hal ini menjadikan terminal kecil di lereng kota wisata, sebuah harapan ikut tumbuh: bahwa transportasi publik tidak harus saling berebut ruang hidup.
Dengan perencanaan yang tepat, mereka justru bisa berjalan berdampingan, saling menguatkan, dan menjadi nadi baru mobilitas masyarakat.
Reporter : Alus Tri
