SPPG Polda Jabar Lakukan Cek Makanan MBG Secara Organoleptik dan Kimiawi Sebelum Distribusi
BANDUNG, Nawacita – Di tengah maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi atau SPPG milik Polda Jabar melakukan antisipasi keracunan melalui fasilitas khusus pengecekan makanan.
Paur Keskamtibmas Subbid Dokpol Biddokkes Polda Jabar, Iptu dr. Andani Lesmana, MARS mengatakan bahwa pengecekan dilakukan sebelum makanan MBG didistribusikan ke setiap sekolah, ibu hamil, ibu menyusui hingga anak yang menderita stunting.
“Untuk pemeriksaan dilakukan biasanya pada saat makanan itu sudah jadi, kita langsung melakukan pemeriksaan sebelum didistribusikan kepada sekolah-sekolah maupun posyandu dan lain-lain,” kata Andani saat diwawancarai di SPPG Polda Jabar di Arcamanik Kota Bandung, Senin (13/10/2025).
Ia menyebut bahwa hal itu dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kasus keracunan MBG yang saat ini tengah marak terjadi di Provinsi Jawa Barat serta memastikan makanan tersebut aman, layak dikonsumsi dan tidak basi.
“Mencegah supaya tidak adanya kemungkinan besar keracunan yang terjadi pada saat makan, maupun jangka panjang setelah makan,” ucap dia.
Baca Juga: Dari Ribuan SPPG di Jabar, Hanya 17 yang Miliki SLHS
Ia menerangkan, pengecekan tersebut dilakukan secara khusus dengan metode organoleptik dan kimiawi untuk mengecek kandungan makanan MBG.
“Untuk pemeriksaan organoleptik maupun kimiawi di sini kita menggunakan checklist untuk organoleptik dan juga ada checklist untuk kimiawi,” terang Andani.

Pemeriksaan organoleptik sendiri dilakukan dengan memeriksa makanan secara langsung untuk memastikan makanan tidak terkontaminasi benda yang dinilai tidak seharusnya masuk ke dalam makanan.
“Di sini kita memperiksa makanan itu mulai dari awal kita melihat apakah ada jamur? Apakah ada benda-benda tertentu seperti krikil atau jangan ada rambut dan lain-lain. Kita juga melihat makanannya sudah berbau atau tidak?,” beber dia.
Setelah lolos dari pemeriksaan organoleptik, makanan akan kembali diuji melalui pemeriksaan kimiawi menggunakan beberapa bahan kimia untuk memastikan makanan tidak terkontaminasi bakteri berbahaya.
“Di sini pemeriksaan kimiawi kita menggunakan tempat senyawa kita periksa yaitu ada Arsene, ada Formalin, ada Nitrit dan juga yang tidak ada sianida,” papar Andani.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan menuturkan bahwa pengecekan makanan MBG secara kimiawi itu dilakukan menggunakan kertas khusus dengan indikasi warna paling terang sampai paling gelap.
“Nanti ada warna-warnanya, di gradasi warna itu dari yang putih jernih sampai yang gelap. Nanti disitu akan terlihat ya ini seperti ini, ya itu ada prosesnya seperti ini. Nah ini, ya ini dia. Jadi ketika prosesnya ini ya dari mulai yang jernih ini berarti sehat ini, ya ini lolos uji ini. Tapi ketika sudah sampai kepada yang kelam, ya ini berarti dia tidak lolos uji,” tutur Hendra.
Usai dilakukan pengecekan dan dipastikan aman, makanan MBG kemudian langsung didistribusikan ke setiap sekolah untuk para siswa serta ke setiap posyandu di bawah naungan SPPG Polda Jabar bagi ibu hamil, ibu menyusui dan anak yang mengalami stunting.
“Nah kemudian setelah itu setelah lolos uji disini, ada tim assistant, ya juga ada tim penguji, lalu diberangkatkan,” cetus dia.

Ia memastikan bahwa pengecekan tersebut akan terus konsisten dilakukan oleh SPPG Polda Jabar. Terlebih pengecekan itu telah dilakukan sejak awal SPPG tersebut berdiri pada Maret 2025 lalu.
Selain untuk menjamin kualitas makanan MBG, pengecekan juga dilakukan sebagai pembeda antara SPPG milik Polda Jabar dengan SPPG lainnya.
“Nah ini selalu stand by, baik alatnya maupun juga orangnya. Inilah pembeda dari SPPG-SPPG lain yang dikelola tidak dengan baik. Nah ini alhamdulillah, sampai saat ini pos ini masih tetap konsisten, ya konsisten untuk di lakukan dengan baik,” tambah Hendra.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa sejak awal pendistribusian dilakukan, tidak pernah ada kendala yang terjadi salah satunya adalah kasus keracunan.
Hal itu dikarenakan SPPG Polda Jabar selalu menerapkan Standar Operasional Produksi (SOP) ketat yang ditetapkan BGN.
“Maksudnya SOP ini baik, tentu saja hasilnya juga baik dan penerima manfaat ini juga sampai saat ini alhamdulillah tidak ada suatu kendala apapun. Yang paling penting adalah menjalankan SOP dengan baik,” ungkap Hendra.
Salah satunya seperti bahan makanan yang segar, tempat penyimpanan yang higienis, fasilitas memasak yang terjaga, serta jam masak yang sesuai sehingga makanan tidak lama didiamkan dan mencegah makanan menjadi basi.
“Kita pahami sendiri bahwa rangkaian SPPG sampai penerima manfaat dan dimakan itu ada proses panjang. Ya dari mulai supplya chain daripada rangkaian pasok makanan dan pengolahan. Ini ada dua. Dimana ranngkaian pasok pertama itu adalah ketika dari bahannya. Sayurnya tentu saja, sayur yang dengan kualitas yang baik, segar,” sambung dia.
Kemudian, pengecekan tanggal kadaluarsa pada bumbu hingga bahan makanan dan bahan lainnya juga selalu dilakukan. Ditambah lagi, semua bahan yang digunakan selalu disimpan di tempat yang sesuai seperti tempat khusus bahan makanan basah dan bahan makanan kering.
“Kemudian juga bum bum bumnya, dan sebagainya itu racikan daripada itu semua juga baru. Jadi kita periska expired nya. Kemudian nanti setelah itu penerimaan di sini, kita timbang, kita juga cek kualitasnya tadi itu,” jelas Hendra.
Bahkan alas pemotong untuk setiap bahan atau lauk yang akan dimasak juga turut tersedia. Sehingga sisi higienis dari makanan tetap terjaga.
“Kemudian kita masukkan ke tempat-tempat yang sesuai peruntukannya, ada yang kering, ada yang basah. Kemudian ada buah dan sebagainya itu ada sendiri. Pemotongan pun demikian pencampuran bahan ini di talenan tadi itu ya,” tutup dia.
(Niko)


