Tuesday, December 23, 2025
HomeDAERAHJATIMDimakamkan di Madura, Orang Tua Masih Teringat Saat Azka Berangkat Mondok di...

Dimakamkan di Madura, Orang Tua Masih Teringat Saat Azka Berangkat Mondok di Al Khoziny

Azka, Santri 13 Tahun Korban Runtuhan Ponpes Al-Khoziny Dimakamkan di Madura

SURABAYA, Nawacita.co – Muhammad Azka Ibadurrahman (13), salah satu santri korban runtuhnya bangunan musala Pondok Pesantren Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, telah teridentifikasi pada Sabtu malam (4/10/2025) sekitar pukul 23.00 WIB.

Jenazah Azka kemudian diserahkan kepada keluarga dan dimakamkan di kampung halaman mereka di Madura. Sang ayah, Abdul Rohim (47), mengatakan proses pemakaman dilakukan setelah prosesi penyerahan jenazah di Surabaya selesai.

“Kita menerima Azka pada pukul 01.00 WIB (5/10/2025). Setelah itu, sekitar pukul 03.00 WIB, jenazah langsung kami bawa ke Madura dan dimakamkan di kampung halaman,” ujar Rohim saat ditemui tim Nawacita.co di rumah duka, Minggu pagi (5/10/2025).

- Advertisement -

Rohim menceritakan, selama proses pencarian, ia sempat menyaksikan langsung kerja keras tim SAR di lokasi kejadian.
“Mereka nggak berhenti, bahkan siang malam terus bekerja. Ada alat yang bisa mendeteksi sinyal kehidupan. Saya lihat sendiri, semua dilakukan dengan sangat hati-hati,” tuturnya.

Rumah Duka
Suasana Rumah Duka kediaman orang tua Muhammad Azka Ibadurrahman di Jalan Randu Indah No. 14, Kenjeran, Surabaya. (foto: Alus/nawacita)

Namun, di balik rasa syukur karena sang anak berhasil ditemukan, tersimpan duka mendalam.
“Dia baru lulus SD, baru tiga bulan mondok dan mulai masuk SMP. Saya masih kebayang wajahnya waktu pamit, sambil senyum dan lambaikan tangan. Saya cuma bisa bilang, semoga kamu tenang di sana, Nak,” ucap Rohim dengan mata berkaca-kaca.

Azka merupakan anak kedua dari pasangan Abdul Rohim dan Toyibah. Ia memiliki kakak laki-laki yang lebih dulu mondok di pesantren yang sama, serta seorang adik berusia dua tahun. Rohim mengatakan, keinginan Azka untuk mondok muncul karena ingin mengikuti jejak sang kakak.

Pertemuan terakhir keluarga dengan Azka terjadi seminggu sebelum tragedi. Saat itu, bertepatan dengan kunjungan rutin wali santri, Rohim melihat anaknya tampak bahagia dan betah menempuh pendidikan di pesantren. “Kami pulang dengan perasaan tenang waktu itu. Azka kelihatan senang sekali,” kenangnya.

Namun takdir berkata lain. Kini, keluarga hanya bisa mengirimkan doa bagi Azka dan seluruh korban tragedi tersebut.
“Saya ikhlas,” ucap Rohim menutup percakapan. “Yang penting anak saya sudah bahagia di sisi Allah. Semoga semua korban diberi tempat terbaik, dan kejadian seperti ini tidak pernah terulang lagi.”

Reporter : Alus Tri

Riko Abdiono
Riko Abdionohttp://rikolennon24.blogspot.com
Penulis adalah Jurnalis sejak 2004 di Harian Surabaya Pagi
RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru