Sejak 1980 Tak Direnovasi, Ruang Kelas SDN 029 Cilengkrang Bandung Alami Kerusakan Berat
Bandung, Nawacita – Sudah tiga tahun para siswa SDN 029 Cilengkrang Kota Bandung harus bergantian belajar di ruang kelas yang terbatas. Hal itu diakibatkan tiga ruang kelas utama di sekolah tersebut mengalami kerusakan berat dan tak kunjung direnovasi.
Kepala Sekolah SDN 029 Cilengkrang Kota Bandung, Dedeh Kurniasih mengatakan bahwa dari 12 kelas yang tersedia ada tiga kelas yang mengalami kerusakan berat dan sudah tidak layak digunakan.
“Yang tidak layak, itu 3 kelas yang tidak bisa digunakan,” kata Dedeh saat diwawancarai di SDN 029 Cilengkrang Kota Bandung, Selasa (30/9/2025).
Ia menyebut bahwa kerusakan itu diakibatkan oleh usia bangunan yang sudah tua dan lapuk serta tidak pernah direnovasi sejak berdiri tahun 1980.
“1980. Belum, kemudian ini dari awal itu belum ada renovasi,” ucap dia.

Usia yang sudah cukup tua dan tak pernah direnovasi itu akhirnya membuat bangunan tersebut perlahan rapuh. Dari mulai atap genting yang bolong sampai plafon yang roboh dan menimbulkan lubang cukup besar.
“Nah ini dari bumbung, kemudian ada bumbung, kemudian ada genting yang menggeser. Karena tidak bisa dibetulkan, kondisinya itu kan kerucut. Jadi kalau dibetulkan yang satu, yang satu lagi, nanti turun. Sehingga saya nyuruh tukang bangunan pun, tidak ada yang sanggup akhirnya. Jadi yang belom itu dibiarkan,” beber Dedeh.
Akibatnya, setiap hujan datang, tiga ruang kelas tersebut selalu banjir. Ditambah dengan cuaca hujan yang datang tak menentu membuat kerusakan semakin parah dan tidak layak untuk digunakan belajar oleh para siswa.
“Sehingga kalau hujan otomatis masuk ke kelas, karena kondisi kelas di sini memang sudah tidak layak. Itu sebetulnya mungkin kalau itu mah ada terkawatiran juga, tapi kalau misalkan kondisi hujan di siang hari, otomatis itu langsung dibubarkan siswanya. Karena takut ada ambruk lagi kena siswa,” papar dia.
Kerusakan berat itu juga tidak terjadi sekaligus, Dedeh mengungkap bahwa kerusakan terjadi sejak tiga tahun lalu yang berawal dari kerusakan kecil. Kerusakan kecil itu tak pernah diperbaiki sehingga akhirnya menimbulkan kerusakan yang semakin berat.
“Dua kelas dulu, jadi tidak bersamaan waktunya. Jadi 3 kelas enggak, bertahap gitu waktunya tapi kondisinya sudah lama semua. Jadi sampai sekarang itu misalkan sebelah sini ambruk. Sudah itu nuntut ambruk semua,” ungkap Dedeh.
Baca Juga: Sekolah di Bandung Kemalingan di Siang Bolong, Laptop Siswa Seharga Rp 30 Juta Raib Digondol
Akibat tiga ruang kelas utama sudah tidak layak digunakan, pihak sekolah akhirnya memutuskan untuk membagi jam pembelajaran siswa menjadi dua shift. Dua shift tersebut dibagi menjadi dua waktu yaitu pada pukul 07.00 untuk shift satu dan pukul 12.00 shift dua.
“Ya di dua shift. Itu sebulan sekali kami rolling ganti-gantian. Sebulan pagi, sebulan siang,” jelas Dedeh.
Hal itu dilakukan agar semua siswa di sekolah tersebut bisa menikmati kegiatan belajar mengajar setiap harinya. Sebab dengan jumlah ruang kelas yang hanya tinggal sembilan kelas itu tidak mampu menampung 640 siswa yang bersekolah di sekolah tersebut.
“Ada 640 dan mereka harus bergantian yang bergantian. Jadi dari, karena ini kebetulan rombelnya itu 23 rombel, ya. Semuanya rata-rata rombelnya itu 4 kelas. Jadi kelas 1, kelas 3 dan kelas 5 misalnya pagi. Nah itu kan tiga kelas, tiga rombel itu. Kemudian yang siangnya juga kelas 2, kelas 4, kelas 6. Jadi selalu bergantian supaya hak anak untuk belajar siswa kebagian,” tutur dia. (Niko)


