Thursday, December 25, 2025
HomeDAERAHJABARMedia Mainstream harus Didukung, Guru Besar Jurnalistik UNPAD: Bukan Sekedar Tempat Cuci...

Media Mainstream harus Didukung, Guru Besar Jurnalistik UNPAD: Bukan Sekedar Tempat Cuci Piring

Media Mainstream harus Didukung, Guru Besar Jurnalistik UNPAD: Bukan Sekedar Tempat Cuci Piring

Bandung, Nawacita – Guru Besar Jurnalistik dan Kajian Media Universitas Padjadjaran, Profesor Dadang Rahmat Hidayat menyoroti minimnya perhatian pemerintah terhadap pers atau media mainstream dalam perannya sebagai penangkal berita-berita hoax dan disinformasi di tengah arus informasi digital yang semakin berkembang.

Menurutnya, posisi lembaga pers atau media mainstream terkadang tidak terperhatikan bahkan tidak didukung oleh pemerintah. Hal itu tercermin dari minimnya pemerintah memberikan jatah iklan kepada lembaga pers agar media tersebut tetap bisa bernafas panjang dalam menyampaikan informasi yang akurat dan faktual.

Padahal, kata Dadang, lembaga pers sendiri memberikan peran penting dalam menangkal berita hoax dan disinformasi di tengah arus informasi digital yang semakin berkembang di masyarakat yang saat ini lebih tertarik melihat informasi dari media sosial.

- Advertisement -

“Ya, dengan dinamika media digital saat ini, saya kira perlu ada penguatan, bahkan penyeimbang ya terhadap informasi-informasi yang tidak diharapkan, ada disinformasi, ada hoax, eco-chamber, post-truth segala macamnya,” kata Dadang sama diwawancarai di Intercontinental Hotel Bandung, Kamis (11/9/2025).

Baca Juga: Pedagang Beras di Bandung Keluhkan Suplai SPHP dari Bulog Tak Merata di Pasar Tradisional

Ia menyebut, seharusnya keberadaan lembaga pers harus didukung oleh berbagai stakeholder. Sebab, peran media sendiri dalam arus informasi digital cukup besar. Khususnya sebagai lembaga yang menyajikan berita faktual dan terkonfirmasi. Sehingga meminimalisir timbulnya berita hoax.

“Tetapi tentu tidak hanya berharap kepada media konvensional atau media mainstream, tapi juga bagaimana media mainstream ini juga harus didukung oleh berbagai stakeholder, baik itu pemerintah, dunia industri, bahkan masyarakat sendiri,” ucap dia.

Hal itu dilakukan agar lembaga pers sendiri tidak termarjinalkan di tengah atensi masyarakat yang lebih tertarik mencari informasi di media sosial. Dimana informasi di media sosial sendiri belum tentu benar atau bahkan berpotensi sebagai berita hoax.

Ia juga menekankan, agar pemerintah dan seluruh stakeholder tidak hanya menjadikan lembaga pers sebagai sarana “Cuci Piring” atau klarifikasi semata ketika ada satu pemberitaan negatif yang menerpa mereka.

Baca Juga: Wisma MPR RI di Bandung Dibakar Massa, Pemerintah Siapkan Rp12,9 Miliar untuk Perbaikan

“Sehingga media mainstream tidak termarginalisasikan atau tadi media mainstream dibutuhkan jika ada sesuatu yang, apa tadi, cuci piring ya, jangan sampai jadi media mainstream atau media konvensional menjadi sarana untuk cuci piring, padahal sebenarnya potensinya tidak disitu,” ungkap Dadang.

Selain itu, ia juga menilai bahwa lembaga pers atau media mainstream perlu melakukan inovasi dan kolaborasi dengan media baru seperti media sosial dalam menyajikan berita. Sehingga potensi munculnya berita hoax di media sosial bisa diminimalisir dengan hadirnya lembaga pers dalam arus media sosial.

“Oleh karena itu kolaborasi dan kesepahaman tentang media mainstream ini atau media konvensional ini bisa berkolaborasi dengan media-media baru atau media sosial secara profesional, saya kira itu,” tutur dia.

Reporter: Niko

RELATED ARTICLES

Leave a reply

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Terbaru