PSSI dan LIB Dianggap Lepas Tangan, Keluarga Korban: Mana Janji-Janji Itu?
Surabaya, Nawacita.co – Rasa sakit dan kecewa masih menyelimuti keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Dalam sebuah pertemuan, mereka kembali menyuarakan tuntutan agar pemerintah, aparat penegak hukum, hingga federasi sepak bola bertanggung jawab penuh atas peristiwa yang merenggut 135 lebih nyawa pada 1 Oktober 2022 lalu.
Salah satu perwakilan keluarga menegaskan bahwa proses restitusi maupun santunan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Mereka menyebut kompensasi yang dijanjikan awalnya mencapai Rp250 juta per korban meninggal, namun dalam proses hukum justru turun drastis hingga hanya Rp10 juta.
“Ini bukan kecelakaan biasa, ini pembunuhan. Anak kami bukan hewan. Santunan Rp10 juta sangat melukai hati kami,” ungkap salah satu orang tua korban dengan suara bergetar (28/8/2025).
Baca Juga: Buruh Jatim Tuntut Keadilan: Pajak Gaji Dipotong, Gaji DPR Ditanggung Negara
Kekecewaan juga ditujukan kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang dianggap lepas tanggung jawab. Janji-janji untuk memberikan dukungan tambahan, menurut keluarga, tak pernah terealisasi.
“Mana janji-janji itu? Selalu bilang nanti, nanti. Padahal anak kami meninggal, bukan main-main,” tambahnya.
Selain itu, keluarga korban menyoroti masih adanya aparat yang menembakkan gas air mata pada malam tragedi namun belum tersentuh proses hukum. Mereka menuntut agar semua pihak yang terlibat, tanpa kecuali, diusut dan dimintai pertanggungjawaban.
“Kami minta diusut sampai tuntas, setuntas-tuntasnya. Jangan hanya berhenti pada beberapa tersangka saja,” tegas seorang ayah korban.
Baca Juga: LPSK Ungkap Alasan Restitusi Kanjuruhan Hanya untuk 72 Korban
Tak hanya keluarga korban meninggal, para penyintas juga masih menanggung luka fisik maupun trauma psikologis. Hingga kini, mereka merasa kurang mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
“Yang luka-luka jangan dilupakan. Ada yang masih trauma, ada yang kesehatannya belum pulih, tapi perhatian sangat minim,” ucap seorang ibu korban luka.
Meski penuh rasa kecewa, para keluarga menegaskan perjuangan mereka belum berakhir. Mereka akan terus mengawal proses hukum, menuntut keadilan, dan memastikan tragedi serupa tidak terulang di sepak bola Indonesia.
“Ini bukan akhir perjuangan. Kami akan terus menuntut keadilan untuk anak-anak kami, sampai benar-benar ada pertanggungjawaban,” tutup perwakilan keluarga.
Reporter: Alus


